Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Pesona Pura Agung Jagat Karana, Pura Tertua dan Terbesar di Surabaya
14 Maret 2021 6:14 WIB
ADVERTISEMENT
Sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur, Surabaya menyuguhkan destinasi wisata religi yang memanjakan mata. Kota Pahlawan memiliki sejumlah tempat peribadatan yang terbilang eksotik, salah satunya Pura Agung Jagat Karana.
ADVERTISEMENT
Berada di kawasan Jalan Lumba-lumba, pura seluas 7.703 meter persegi ini menjadi tempat peribadatan umat Hindu yang tertua sekaligus terbesar di Surabaya.
"Kalau Islam kan di Ampel (Masjid Agung Ampel), Katolik di jalan Kepanjen (Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria), nah kalau Hindu disini (Pura Agung Jagat Karana). Ini pura tertua dan terbesar di Surabaya," jelas I Gusti Komang Sardjana, Panindita Pura Jagat Agung Karana, kepada Basra, (13/3).
Meski berlokasi di Surabaya, pura yang dibangun pada tahun 1968 ini begitu kental dengan nuansa Bali. Saat menginjakan kaki di halaman kompleks pura, pengunjung akan melihat dinding yang mengelilingi pura ini.
Di area depan gerbang pura terdapat Patung Dewi Saraswati, patung yang menggambarkan sosok wanita yang sangat cantik.
ADVERTISEMENT
Melangkah masuk lebih ke dalam, pengunjung akan melintasi lantai yang terbuat dari paving. Di sepanjang jalan menuju pura, pengunjung dapat melihat aneka bunga yang menyegarkan mata.
"Pura ini memiliki bangunan yang terdiri dari mandala utama (jeroan), mandala madya (jaba tengah), dan mandala nista (jaba luar) dengan sarana persembahyangan berupa tempat pemujaan utama," jelas I Gusti.
Lebih lanjut dia menuturkan, Pura Agung Jagat Karana difungsikan sejak 29 November 1969 dengan peresmian yang dilakukan oleh Kepala Staf KODAMAR V Komodor Laut R. Sahiran, tepatnya pada hari Saraswati.
Pada 1987, pura mengalami pemugaran. Selanjutnya pada 20 September 1987 diresmikan oleh Gubernur KDH Tingkat I Jawa Timur Wahono yang kala itu masih menjabat. Sedangkan penggunaannya kembali sebagai tempat peribadatan umat Hindu pada 26 September 1987.
ADVERTISEMENT
Berada jauh dari keramaian membuat suasana di sekitar area pura terasa sangat tenang. Hal ini membuat orang yang melakukan ibadah sembahyang akan lebih khidmat. Selain menjadi tempat ibadah, pura ini juga menjadi area wisata religi yang tidak hanya dikunjungi umat Hindu, namun juga oleh umat-umat lainnya.
Pura ini selalu ramai dikunjungi umat Hindu untuk melakukan sembahyang, tak terkecuali saat momen perayaan Hari Raya Nyepi 2021.