Konten Media Partner

Ponpes dan Desa Binaan, Langkah Nyata Pengabdian FK Unusa Kepada Masyarakat

12 September 2024 8:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dekan FK Unusa, Dr dr Handayani, M.Kes,. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Dekan FK Unusa, Dr dr Handayani, M.Kes,. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Untuk berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa Timur, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mewujudkannya melalui pendampingan kepada pondok pesantren (ponpes) dan desa binaan.
ADVERTISEMENT
"Kita memang ada kerja sama dengan ponpes-ponpes di Jawa Timur, ada sekitar 10 ponpes ya yang tersebar di Madura, Probolinggo, hingga Jombang," ujar Dekan FK Unusa, Dr dr Handayani, M.Kes., kepada Basra, Kamis (12/9).
Handayani melanjutkan, kegiatan pendampingan di ponpes mencakup kegiatan kurikuler dan non kurikuler. Kegiatan kurikuler masuk dalam pembelajaran FK Unusa yang berjudul pemberdayaan pesantren.
"Jadi ada mahasiswa kita yang turun ke ponpes. Di sana mereka akan melakukan survei terkait kebutuhan warga ponpes di bidang kesehatan. Kemudian mereka akan membuatkan program sebagai solusi dari masalah tersebut," terang Handayani.
"Dalam tersebut kita juga melibatkan peran serta warga ponpes, kita melatih mereka sebagai kader santri husada. Kemudian dibangunlah di setiap ponpes itu poskestren, pos kesehatan pesantren," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Selain poskestren, bagi ponpes yang cukup memadai maka FK Unusa akan mendirikan klinik pratama yang menyediakan layanan kesehatan dari dokter.
Sedangkan kegiatan non kurikuler berupa kegiatan penelitian maupun penelitian masyarakat dari para dosen dan mahasiswa FK Unusa.
Ada pun desa yang kini telah menjadi binaan FK Unusa adalah Desa Sumber Glagah di Mojokerto.
"Di desa Sumber Glagah ini terdapat pemukiman warga yang merupakan penyintas dan penderita kusta," ungkap Handayani.
"Kita memberikan pelatihan kepada warga terkait siaga kusta, penanganan kusta itu seperti apa, kemudian pengolahan makanan bagi penderita kusta," sambungnya.
Handayani menegaskan untuk menjadikan sebuah desa sebagai binaan FK Unusa, pihaknya menekankan pada kriteria 3T. Yakni, daerah yang tergolong dalam daerah tertinggal, terdepan, dan terluar. Tertinggal berarti memiliki kualitas pembangunan yang rendah, di mana masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain.
ADVERTISEMENT
"Jadi desa yang benar-benar membutuhkan bantuan kita terutama dalam hal kesehatan," tandasnya.