Konten Media Partner

Prokes dan Vaksinasi Masih jadi Kunci Ampuh Atasi Omicron BA.4 dan BA.5

27 Juni 2022 11:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengkonfirmasi kemunculan COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang terdeteksi masuk Indonesia pada awal Juni lalu.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, pakar Epidemiolog Unair Laura Navika Yamani mengungkapkan, bahwa varian baru COVID-19 BA.4 dan BA.5 pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.
“Varian baru COVID-19 BA.4 dan BA.5 ini pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan sedikitnya ada delapan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 yang dicatat oleh Kementerian Kesehatan,” ungkap Laura, Senin (27/6).
Laura menuturkan, dari kedelapan kasus yang ditemukan di Indonesia,tiga di antaranya berasal dari kasus impor. Selain itu, terdapat juga kasus transmisi lokal yang terdeteksi di Bali dan Jakarta.
“Dari delapan kasus tersebut tiga orang yang teridentifikasi merupakan kasus impor dari Mauritius, Amerika Serikat, dan Brazil. Sementara sisanya merupakan kasus transmisi lokal,” tuturnya.
Laura menjelaskan, jika sebagian besar penderita positif COVID-19 Omicron BA.4 dan BA.5 yang terdeteksi di Bali dan Jakarta merasakan gejala ringan. Sedangkan satu penderita merasakan gejala sedang.
ADVERTISEMENT
Pada temuan kasus COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini, Laura menyebutkan terdapat dua penderita yang terjangkit BA.4 dan enam penderita terjangkit BA.5.
“Dari temuan kasus itu, dua penderita dilaporkan terpapar Omicron BA.4, sementara enam penderita terpapar Omicron BA.5. Mereka sudah menerima vaksin COVID-19 dosis lengkap, booster atau tiga dosis, bahkan ada yang empat dosis,” sebutnya.
Meski varian baru tersebut terus mengalami kenaikan kasus, namun masih dalam batas yang aman. Sementara kenaikan akibat kemunculan BA.4 atau BA.5 di Indonesia, hingga hari ini ditemukan sebagian besar sudah transmisi lokal, dan belum ada laporan kematian akibat varian baru itu.
“Kabar baiknya, severitas rendah, dan tidak ditemukan kematian. Di Afrika Selatan sudah mencapai puncak dari BA.4/BA.5. Tinggi puncak kasusnya sekitar 1/3 dari puncak Omicron BA.1. CRF cuma 5 per 100.000 kasus positif, dibandingkan dengan CFR pada subvarian sebelumnya yang 1-4 per seratus kasus positif,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegahnya, Laura menegaskan, jika disiplin protokol kesehatan dan vaksinasi masih menjadi kunci dalam mencegah masuknya virus.
“Tindakan pencegahan COVID-19 dengan varian apa saja masih sama dengan sebelumnya. Protokol kesehatan masih menjadi kunci yang penting dan tentunya vaksinasi yang perlu didorong terutama untuk vaksin booster yang cakupannya masih rendah di bawah 30 persen,” ucap Laura.
Menurut Laura, antibodi yang terbentuk pasca vaksinasi dapat berkurang dengan periode waktu lebih dari 6 bulan. Untuk itu, perlu dibangkitkan kembali antibodi untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap kemungkinan varian baru yang muncul.
"Pada subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 memiliki gejala yang hampir sama dengan varian sebelumnya sesama Omicron. Namun, lebih ringan dari pada varian Delta," pungkasnya.
ADVERTISEMENT