Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Putuskan Jadi Mualaf, James Harus Rela Diusir dari Rumah
10 April 2023 6:15 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kegagalan dalam membina rumah tangga memberikan hikmah tersendiri bagi James Edward (47), yakni menemukan hidayah hingga memutuskan menjadi mualaf. Meski demikian, keputusan James untuk menjadi mualaf ditentang keras oleh keluarganya. Bahkan James harus rela pergi dari rumah.
ADVERTISEMENT
"Jadi sebelum saya ikrar (mualaf) saya memberitahukannya kepada keluarga. Istilahnya kulon nuwun gitu, tapi niat saya jadi mualaf tidak disetujui keluarga, terutama papa yang sangat keras menentang," kisah James kepada Basra.
Tak sekadar menentang niatan James menjadi mualaf, sang papa juga mengusir James dari rumah dan membuat anak kedua dari empat bersaudara itu harus hidup secara nomaden, berpindah-pindah dari satu rumah teman ke teman yang lain.
"Papa juga menolak permintaan saya untuk melamar seorang gadis yang ingin saya nikahi di tahun 2006. Jadilah saya melamar sendiri, Alhamdulillah keluarga besar istri saya menerima segala kondisi saya termasuk saat lamaran hingga resepsi pernikahan tak ada keluarga saya yang datang," jelasnya.
Terlahir dari keluarga pemeluk keyakinan Kristen Advent, nyatanya James mulai tertarik dengan Islam sejak duduk di bangku SMA. Bahkan niatan menjadi seorang mualaf mulai muncul saat James menyandang status sebagai pelajar SMA. Namun James harus mengubur keinginannya menjadi mualaf kala itu.
ADVERTISEMENT
"Saya kan masih sekolah dan ikut orang tua, jadi masih takut juga untuk jadi mualaf. Karena rasa takut itu akhirnya saya membatalkan niat menjadi mualaf kala itu," kenangnya.
Namun perceraian dengan istri pertamanya di tahun 2001 menjadi titik balik bagi James untuk kembali mendalami agama Islam. Hingga di tahun 2004 ikrar sebagai mualaf diucapkan James di Masjid Agung Al Akbar Surabaya.
"Saya belajar Islam setelah perceraian itu, sekitar satu tahun saya belajar Islam. Seperti ada yang menuntun, awalnya ketika saya mengendarai motor tiba-tiba saya belok ke arah masjid Agung dan kepada petugas parkir saya bertanya tentang ustaz (Masjid Agung Al Akbar) yang bisa mengajari saya tentang Islam. Semuanya terjadi begitu saja, seperti ada yang menuntun dan saya menganggapnya sebagai hidayah," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Setahun belajar agama Islam kian menguatkan tekad James menjadi mualaf. Meski mendapat tentangan dari keluarga tak menyurutkan niatnya untuk menjadi mualaf.
Hubungan James dengan sang papa mulai mencair ketika kehamilan istri keduanya. Kabar kehamilan sang istri seakan melunakkan hati sang papa untuk menerima James dengan keyakinan barunya.
"Hubungan kami baru benar-benar mencair setelah kelahiran anak saya di tahun 2007. Alhamdulillah keluarga sudah bisa menerima keputusan saya (menjadi mualaf). Bahkan kini kalau keluarga terutama papa sedang ada masalah pasti yang diajak rembukan itu saya," ujarnya semringah.
Tak hanya bersyukur karena hubungan dengan keluarganya mencair, James juga mengaku mulai mengalami perbaikan ekonomi setelah memutuskan menjadi mualaf.
"Dari yang tidak punya apa-apa, Alhamdulillah saya bisa beli rumah sendiri, Alhamdulillah lagi juga masih diberi kemampuan untuk membeli mobil," tukasnya.
ADVERTISEMENT
James menegaskan, berbagai kebaikan yang diterima dari Sang Pencipta pasca dirinya menjadi mualaf tak terlepas dari rasa pasrah James kepada Sang Pemilik Kehidupan.
"Saya belajar ikhlas, pasrah atas segala takdir yang diberikan Allah. Tapi di situ justru Allah menunjukkan kuasanya. Allah mencukupkan rejeki saya, bahkan saya bisa menemukan kembali anak saya (dari pernikahan pertama) setelah bertahun-tahun kami berpisah," ujarnya haru.
Meski telah mengucapkan ikrar syahadat namun James memutuskan untuk tak mengganti namanya dengan nama yang lebih Islami. Keputusan ini diambil karena James ingin menghargai pemberian kedua orang tuanya.
"Saya tetap pakai nama James Edward. Ini sebagai bentuk penghargaan saya kepada orang tua meski pada akhirnya keyakinan kami sekarang berbeda," pungkasnya.
ADVERTISEMENT