Rekreasi ke Monkasel, Menghayati Jejak Kejayaan Maritim Indonesia

Konten Media Partner
23 Juni 2019 12:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Monkasel Pasopati 410 Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Monkasel Pasopati 410 Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Fenny Rahmawati, salah satu warga Surabaya merasa takjub dan terkejut saat pertama kali pergi ke Monumen Kapal Selam (Monkasel), Sabtu (22/6).
ADVERTISEMENT
"Oh, jadi begini bagian dalam Monkasel!" kata Eni antusias.
Meski merupakan warga asli Surabaya, ini adalah kali pertama Eni menginjakkan kaki di Monumen Kapal Selam (Monkasel) dan menyusuri bagian dalamnya.
"Sering lewat depan Monkasel, tapi baru kali ini masuk, itu juga karena mengantar anak pentas perpisahan kelas," tukas ibu tiga anak ini saat ditemui Basra, Sabtu (22/6).
Tak heran jika pihak sekolah tempat putranya yang berusia 6 tahun itu menimba ilmu menjadikan Monkasel sebagai destinasi wisata. Monkasel memang jadi lokasi wisata yang sering dikunjungi selama libur sekolah. Maklum, lokasinya amat strategis, berada di Jalan Pemuda, tepatnya di sisi Sungai Kalimas.
Tampak dalam kapal selam yang dibuat tahun 1952, dikirim langsung dari Uni Soviet ke Indonesia. Foto: Masruroh/Basra
Dari informasi yang dihimpun Basra, Monkasel merupakan kapal selam asli milik TNI Angkatan Laut (AL), yang dinamai KRI Pasopati dengan nomor lambung 410. Kapal selam dengan panjang 76,6 meter dan lebar 6,30 itu cukup nyaman untuk dikunjungi bila sedang tak banyak pengunjung.
ADVERTISEMENT
Kapal selam tipe Whiskey Class ini dirancang Uni Soviet untuk menyelam di laut yang dingin. Kapal selam ini dibuat sejak tahun 1952.
Dalam sejarahnya, kapal selam ini merupakan satu dari 10 kapal selam yang ikut andil dalam pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda pada tahun 1962.
Suasana di dalam Monkasel Pasopati 410. Foto: Masruroh/Basra
Monkasel resmi dibuka di Surabaya pada 20 Juni 1998, dalam rangka memperingati keberanian para pejuang Indonesia yang gagah berani mengusir penjajah. Dengan mengunjungi bagian dalam Monkasel, kita bisa merasakan perjuangan para prajurit TNI AL kala bertugas. Saat mau dipindahkan ke Surabaya, KRI Pasopati harus dipotong menjadi 16 bagian, lalu dirakit kembali menjadi sebuah monumen.
Saat Basra menginjakkan kaki di bagian dalam Monkasel, tampak ruangan dibagi menjadi tujuh bagian: ruangan torpedo haluan yang dilengkapi dengan 4 peluncur torpedo, ruangan periskop yang berfungsi jadi pusat info tempur, ruangan tinggal perwira, ruangan ABK (Anak Buah Kapal), ruangan torpedo buritan, ruangan listrik, dan ruangan diesel.
ADVERTISEMENT
Pintu penghubung antar ruangan hanya bisa dilalui satu orang. Bentuknya lingkaran dan kita perlu membungkuk untuk melewatinya.
Kita juga tidak bisa bergerak dengan leluasa karena banyak sekali peralatan yang dipasang di dinding kapal. Meski ruangannya sempit, tapi Monkasel sudah dilengkapi pendingin ruangan agar pengunjung tidak kegerahan.
Ruang torpedo buritan. Foto: Masruroh/Basra
Di area Monkasel juga terdapat berbagai fasilitas menarik lainnya, antara lain kamu bisa menonton film di Video Rama yang menyajikan sejarah kapal selam di Indonesia, yang ditayangkan setiap satu jam sekali. Atau, pengunjung bisa juga menikmati sajian musik di panggung terbuka pada hari Sabtu dan Minggu.
Ada pula wahana kolam renang dan sarana bermain lainnya yang dapat dijumpai pengunjung. Jadi, kita bisa belajar sejarah sekaligus rekreasi saat berkunjung ke Monkasel.
ADVERTISEMENT
Monkasel Pasopati 410 ini adalah satu-satunya monumen kapal selam yang dimiliki Indonesia. Di Asia Tenggara, hanya Indonesia dan Malaysia yang memiliki monumen kapal selam.
(Reporter: Masruroh / Editor: Windy Goestiana)