Remaja Overthinking Sering Alami Gangguan Tidur Malam Hari

Konten Media Partner
11 Februari 2024 7:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi remaja overthinking. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja overthinking. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Overthinking atau berpikir berlebihan secara terus-menerus kerap kali generasi Z alami. Penyebabnya, karena adanya kecemasan berlebihan, memiliki sifat perfeksionis, dan terlalu banyak menerima informasi.
ADVERTISEMENT
Dewi Retno Suminar Dra Msi Psi, Pakar Psikologi Unair menerangkan, overthinking memiliki dampak yang besar bagi kelangsungan hidup generasi Z. Salah satu dampaknya yakni menimbulkan gangguan tidur di malam hari.
“Gangguan tidur ini disebabkan karena adanya kegelisahan akibat berpikir berlebihan. Umumnya, seseorang yang mengalami overthinking akan gelisah sepanjang malam dan tidak nyaman untuk tidur di malam hari,” terangnya, seperti dikutip Basra, Minggu (11/2).
Ia menambahkan, hal tersebut juga rentan para siswa-siswi SMA alami menjelang penerimaan perguruan tinggi. Mereka cenderung memikirkan hal yang belum terjadi dan takut untuk gagal memasuki perguruan tinggi yang mereka inginkan.
“Nah, hal ini juga berdampak pada konsentrasi siswa. Overthinking menyebabkan seorang siswa tidak fokus dan akan berdampak pada menurunnya produktivitas,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Dewi lantas memberikan tips kepada para siswa SMA untuk mengatasi overthinking. Pertama, kenali diri dengan baik (self awareness). Menurutnya, dengan self awareness, siswa akan lebih memahami bakat dan minatnya untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi.
“Permasalahan umum para siswa yang akan meneruskan ke jenjang perguruan tinggi adalah tidak mengetahui bakat dan minatnya. Mereka cenderung mengikuti saran orang tua tanpa melihat bakat dan minatnya,” jelasnya.
Kedua, mengenali risiko atas pengambilan keputusan. Artinya, siswa-siswi harus mengenali risiko atas keputusan yang mereka ambil. Dengan ini, siswa-siswi tidak akan salah untuk mengambil keputusan karena telah memikirkan dengan matang.
“Mengenali risiko atas keputusan yang diambil merupakan hal urgensi agar para siswa-siswi tidak menyesal telah mengambil keputusan tersebut. Maka dari itu, pentingnya analisis risiko dan riset sebelum melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Dewi mengimbau agar para siswa yang ingin melanjutkan perguruan tinggi untuk tidak overthinking dan yakin kepada diri sendiri.
“Dengan harapan, siswa-siswi dapat mengendalikan rasa overthinking dan fokus atas diri sendiri untuk mendapatkan perguruan tinggi yang diimpikan,” pungkasnya.