Rewel, Bayi Usia 5 Hari di Surabaya Dibanting dan Digigit Ayah Kandung

Konten Media Partner
21 April 2024 8:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi E yang menjadi korban penganiayaan ayah kandungnya. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Bayi E yang menjadi korban penganiayaan ayah kandungnya. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nasib memilukan dialami bayi di Surabaya. Di usianya yang masih 5 hari, bayi E harus menjadi korban kebengisan ayah kandungnya sendiri, R (29). Bayi E beberapa kali menerima pukulan dari sang ayah. Bahkan R sempat menggigit pipi dan membanting bayi E. Akibat penganiayaan itu, bayi E mengalami luka memar di wajah dan di sekujur tubuhnya.
ADVERTISEMENT
"Anak saya digigit dan dipukul pipinya, dan sempat dibanting sama suami saya," ujar N, ibu dari bayi E, saat ditemui Basra di shelter perlindungan anak dan perempuan di kawasan Tambaksari, Sabtu (20/4) sore.
N menuturkan jika bayi E merupakan anak keduanya. Perempuan berusia 27 tahun ini lantas mengungkapkan kejadian penganiayaan yang diterima bayi laki-lakinya itu.
"Kejadiannya Kamis dini hari, sekitar jam 2 di kosan saya. E kan rewel mau nyusu, nah saya masih bikinkan susu untuk anak pertama saya. Pas denger E rewel itu suami saya marah-marah. Bahkan saya nggak boleh gendong E," kisah warga Surabaya Utara ini.
Menurut kesaksian N, saat bayi E rewel itulah R tega menganiayanya. R menampar dan menggigit pipi bayi mungil itu. Tak berhenti di situ, R juga sempat membanting bayi E di tempat tidur yang hanya beralaskan perlak plastik (sejenis alas lantai).
ADVERTISEMENT
Tak hanya menganiaya bayi E, R juga melontarkan kata-kata tak pantas pada bayi mungil tersebut. Menurut pengakuan N, R sempat berujar jika bayi E bukanlah darah dagingnya dan menuduh N berselingkuh.
"Dia marah-marah, sempat mukul dan gigit pipi E, bahkan bayi saya juga sempat dibanting. Saya juga kena tonjok karena mau ambil E dari tempat tidur," tutur N seraya menahan tangis.
N menuturkan jika sang suami sudah satu bulan ini tak bekerja. Sebelumnya R bekerja di salah satu depo air isi ulang di kawasan Tambak Wedi.
"Sudah dipecat sama bos nya, satu bulan ini dia nganggur," imbuh N.
N mengakui jika sebelum kejadian di hari Kamis dini hari itu, ia kerap menjadi korban kekerasan sang suami. Bahkan satu tahun yang lalu N harus dibawa ke IGD rumah sakit imbas penganiayaan sang suami.
ADVERTISEMENT
Meski kerap mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), namun N memilih bertahan demi anak pertamanya yang masih berusia 1,5 tahun. Hingga akhirnya batas kesabaran N sudah habis saat melihat bayi mungilnya menjadi korban penganiayaan sang suami.
"Saya sering dipukuli, tapi kalau ke anak baru kejadian hari Kamis itu. Sama anak pertama enggak pernah (mukul)," ungkap N.
Dibantu Mei Rukmana, pengacara sekaligus Koordinator Yayasan Star Arutala, Diana, salah satu anggota karang taruna di Surabaya, N akhirnya melaporkan kasus penganiyaan tersebut kepada pihak berwajib.