Konten Media Partner

Riset: Kasus Pneumonia di Indonesia Meningkat Lebih dari 50 Persen

20 September 2023 19:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pneumonia. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pneumonia. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, kota - kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Tangerang Selatan, Bandung, hingga Palangkaraya mengalami polusi dan kualitas udara yang sangat tidak sehat. Kualitas udara yang tidak sehat dapat memicu sejumlah penyakit respirasi dengan angka mortalitas tinggi, termasuk pneumonia.
ADVERTISEMENT
Terkait pneumonia, data global menunjukkan infeksi saluran pernapasan sekunder ini menyebabkan 2,5 juta kasus kematian di berbagai negara pada tahun 2019. Bahkan, bagi populasi yang pernah terinfeksi COVID-19, penyakit tersebut semakin rentan menyerang dan memicu gangguan pernapasan akut yang lebih mematikan.
Fakta tersebut berlaku untuk semua kalangan, termasuk mereka yang memiliki penyakit komorbid seperti penyakit paru dan jantung kronis, diabetes, asma, koinfeksi dengan COVID-19, para alkoholik dan perokok aktif, dan para pekerja di perkotaan dan lingkungan industri yang harus berkutat dengan polusi saat beraktivitas sehari-hari. Apalagi dengan kondisi udara yang kian memburuk di banyak lokasi di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir, risiko pneumonia bisa meningkat berkali-kali lipat. Akibatnya, produktivitas kerja pun terancam karena menurunnya kualitas kesehatan karyawan di tempat kerja.
ADVERTISEMENT
Prof. Dr. dr. Allen Widysanto, Sp.P, Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru-Paru), menyampaikan penyakit gangguan pernapasan dapat menyerang semua kalangan. Terutama bagi kelompok usia produktif, ancaman penyakit gangguan pernapasan menjadi berkali-kali lipat lebih berbahaya yang mungkin disebabkan oleh terpaparnya asap ataupun gas beracun dan ditambah dengan buruknya kualitas udara yang diakibatkan oleh polusi khususnya di kota-kota besar akhir-akhir ini.
"Polusi udara membuat semua orang yang menghirupnya berisiko terkena pneumonia yang meningkat dua kali lipat, dimana aparatus mukosiliar dan pertahanan kekebalan seluler juga telah terbukti berkurang secara signifikan oleh nitrogen dioksida yang merupakan komponen utama pada udara yang tercemar. Ditambah, kondisi komorbid atau perilaku tertentu seperti latar belakang penyakit liver kronis, penyakit paru kronis, merokok atau pecandu alkohol pada orang dewasa berpengaruh meningkatkan risiko terkena pneumonia,” jelas Allen dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Rabu (20/9).
ADVERTISEMENT
Dr. dr. Sukamto Koesnoe, Sp.PD-KAI, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI), menyatakan perlu adanya kebijakan vaksinasi perusahaan, khususnya terkait pneumonia, demi menjaga performa karyawan sekaligus mendorong peningkatan target kesehatan Indonesia yang lebih baik.
“Satgas Imunisasi dengan senang hati dan sangat terbuka mendukung kesadaran masing-masing individu atau perusahaan untuk melakukan pencegahan dan perlindungan terhadap gangguan respirasi, salah satunya melalui vaksinasi pneumonia. Terutama bagi perusahaan yang berkecimpung di lingkungan kerja area industri atau jenis-jenis pekerjaan lainnya yang berisiko memicu penyakit gangguan pernapasan,” tuturnya.
Di sisi lain, dr. Richard Santoso, Medical Director Pfizer Indonesia, menyebut vaksinasi adalah cara yang disarankan untuk melindungi diri dari penyakit pneumonia, yakni lebih tepatnya mencegah infeksi dari bakteri pneumokokus pada manusia.
ADVERTISEMENT
“Pada tingkat akutnya, pneumonia dapat menyebabkan alveoli (kantung udara) di paru-paru dipenuhi oleh cairan atau nanah yang menghambat kelancaran bernapas. Oleh karenanya, kami sangat terbuka dalam mendukung upaya perusahaan untuk memastikan kesehatan karyawan terjaga, khususnya dari risiko penyakit gangguan pernapasan yang dapat mengganggu produktivitas kerja," tukasnya.
Data MercerMarshBenefit menyatakan bahwa perbandingan semester I 2023 dan Semester I 2022, menunjukkan kasus pneumonia di Indonesia meningkat sebesar 56,9% (Dewasa) dan 88,1% (Anak-anak).
Semakin banyak tempat kerja yang rentan terhadap paparan polusi dan zat kimia, yang apabila diikuti oleh jam kerja berlebih dan gaya hidup tak sehat, akan semakin berisiko memicu infeksi gangguan pernapasan.