Riset: Melepas Masker 10 Detik Bisa Terpapar Virus Corona Varian Delta

Konten Media Partner
9 September 2021 6:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi memakai masker. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi memakai masker. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Guru Besar FK UI dan Anggota Komite Penasihat Ahli Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof. DR. dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi., mengungkapkan agar bisa hidup berdampingan dengan virus corona, harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga agar jangan sampai kemasukan virus.
ADVERTISEMENT
“Agar tidak sakit, virusnya tidak bisa bermutasi, maka harus taat prokes. Kalau virus masuk ke dalam tubuh, maka bisa bermutasi dan berubah sifat, misalnya lebih cepat menular dan tidak mempan vaksin,” ujarnya dalam webinar, (8/9).
Prof Miko menekankan, vaksin bukanlah perlindungan utama. Yang utama adalah virus jangan masuk ke tubuh melalui hidung, mata dan mulut. Caranya patuh prokes, pakai masker dengan benar, jangan longgar, jangan melorot, harus menutup hidung mulut dan dagu, cuci tangan dan jaga jarak.
Dengan memakai masker yang benar, maka kita akan terlindung dari virus varian apapun, khususnya saat berada di fasilitas umum. “Riset menunjukkan, hanya melepas masker 10 detik saja bisa terpapar varian Delta,” ujar Prof Miko.
Orang yang mobilitasnya tinggi disarankan memakai masker dengan benar dan tetap memakainya saat berada di rumah.
ADVERTISEMENT
“Biasakan memakai masker di rumah. Karena jika virus terlanjur masuk ke saluran napas bisa menular ke orang lain saat tidak terlindung masker,” tuturnya.
Saat terpapar virus corona, sebut Prof Miko, orang yang sudah divaksinasi, maka vaksin akan merangsang kekebalan tubuh. “Tentara dalam tubuh akan menyerang virus,” ujarnya.
Masker efektif melindungi 77-79% jika dipakai dengan benar, sedangkan vaksin memberikan perlindungan 65-95% tergantung jumlah dan varian virus.
“Vaksin ini benteng kedua setelah patuh prokes. Pastikan kaum yang rentan, misalnya lansia, yang belum divaksin agar segera divaksin dua kali. Studi menunjukkan lansia yang belum divaksin jika terkena COVID-19 kemungkinan meninggal 46%,” beber Prof Miko.
Selain lansia, orang dengan komorbid juga didorong melakukan vaksinasi asal kondisinya stabil, demikian juga anak-anak usia 12-17 tahun. “Setelah divaksin selalu patuh prokes,” tandasnya.
ADVERTISEMENT