'Riyoyo Kupat', Lebaran Kedua Bagi Masyarakat Jawa Timur

Konten Media Partner
29 Mei 2020 5:45 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
'Riyoyo Kupat', Lebaran Kedua Bagi Masyarakat Jawa Timur
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Satu minggu setelah hari raya Idul Fitri, masyarakat muslim di Jawa Timur akan merayakan 'Riyoyo Kupat' atau yang dikenal sebagai 'Hari raya Ketupat'. Menurut tradisi, lebaran ketupat ini akan dilaksanakan pada tanggal 8 syawal.
ADVERTISEMENT
Tahun ini lebaran ketupat akan dilaksanakan pada hari Minggu (31/5). Penyebutan Lebaran ketupat sendiri berbeda di setiap daerah. Jika di kawasan Gerbangkertasusila dikenal dengan sebutan Riyoyo Kupat, maka di wilayah Madura lebih dikenal dengan sebutan Telasan Thopak.
Menurut Riyadi, dosen pendidikan sejarah Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Sunan Kalijaga merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan lebaran ketupat kepada masyarakat Jawa pada tahun 1600an Masehi. Sunan Kalijaga mengenalkan lebaran ketupat melalui hidangan ketupat.
"Lebaran ketupat dilaksanakan pada tanggal 8 Syawal karena enam hari sebelumnya umat muslim menjalankan ibadah puasa Syawal yakni pada 2 hingga 7 Syawal," jelasnya saat dihubungi Basra, (28/5).
Ketupat Lebaran, kata Riyadi, merupakan makanan yang berbahan beras dibungkus anyaman daun kelapa atau daun pandan.
ADVERTISEMENT
Setelah diisi beras, dikukus hingga matang dan jadilah ketupat Lebaran.
Meski tergolong sederhana, namun ketupat Lebaran memiliki makna. Dalam bahasa Jawa, ketupat berarti 'ngaku lepat' atau mengaku bersalah.
"Ketupat menjadi simbol “maaf” bagi masyarakat Jawa, yaitu ketika seseorang berkunjung ke rumah kerabatnya, mereka akan disuguhkan ketupat dan diminta untuk memakannya. Apabila ketupat tersebut dimakan, secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan segala salah serta khilaf antar keduanya terhapus," papar Riyadi.
Ketupat biasanya dihidangkan bersama dengan opor ayam. Ketupat Lebaran dihidangkan untuk menyambut kedatangan kerabat, sanak saudara, hingga para tetangga. Namun ada pula masyarakat yang mengantarkan ketupat ke rumah-rumah tetangga.
Lepet hidangan yang selalu tersaji bersama lontong ketupat saat Lebaran ketupat.
Perayaan Lebaran ketupat tahun ini dipastikan tak akan semeriah dari tahun-tahun sebelumnya karena pandemi Corona (COVID-19). Adanya physical distancing memaksa umat muslim tak bisa leluasa bersilaturahmi.
ADVERTISEMENT
Dani Hermawanto misalnya. Warga Ambengan, Surabaya, ini mengaku jika Lebaran ketupat tahun akan melewatkannya begitu saja. Jika tahun-tahun sebelumnya, dia selalu berkunjung ke rumah sang mertua di Mojokerto maka tahun ini Dani harus rela berdiam diri di rumah.
"Biasanya malam Lebaran ketupat kita ngumpul sama keluarga istri bikin ketupat ramai-ramai untuk disantap saat sarapan pagi harinya. Tapi tahun ini tidak bisa karena kita tidak boleh kemana-mana," tukas ayah tiga putra ini.
Hal senada juga disampaikan Haris Wardana. Warga Tambak Wedi ini harus rela melewatkan lebaran ketupat dengan hanya di rumah saja.
"Tahun-tahun sebelumnya saya mudik ke Bangkalan pas malam lebaran ketupat. Paginya kita bagi-bagi lontong ketupat beserta lauknya ke tetangga. Tapi tahun ini harus di rumah saja," tukas Haris.
ADVERTISEMENT