Konten Media Partner

Sejarah Hotel Majapahit di Surabaya, Saksi Bisu Perobekan Bendera Belanda

2 September 2023 19:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hotel Majapahit. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Hotel Majapahit. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hotel Majapahit di Surabaya menjadi lokasi yang dipilih untuk deklarasi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Sabtu (2/9) sore.
ADVERTISEMENT
Hotel Majapahit yang terletak di Jalan Tunjungan ini bukan sekadar hotel atau tempat menginap biasa. Hotel Majapahit memiliki sejarah bagaimana arek-arek Suroboyo memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Sebelum bernama Hotel Majapahit, dulu nama hotel ini adalah Hotel Oranje. Hotel Oranje dibangun kali pertama pada 1910 dan kepemilikannya oleh Lucas Martin Sarkies, keluarga asal Armenia.
The Sarkies, empat bersaudara tersebut terdiri dari Arviet, Arshak, Martin, dan Tigran. Mereka membangun hotel-hotel di Asia Tenggara kala itu.
Tak hanya di Indonesia, The Sarkies juga menyasar Singapura dan Malaysia. Akhir abad 19, The Sarkies membangun Eastern & Oriental Hotel di Penang, Malaysia, pada 1880. Kemudian Raffles Hotel di Singapura pada 1887 dan Strand di Burma pada 1901.
ADVERTISEMENT
Nama Oranje berubah ketika Jepang datang. Hotel Oranje berganti nama menjadi Yamato. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, hotel berganti nama menjadi Hotel Merdeka.
Kemudian pada 1969, berganti nama kembali menjadi Hotel Majapahit. Hotel ini menjadi saksi bisu ketika bendera Belanda dirobek oleh arek-arek Suroboyo.
"Tempat ini menjadi wujud keberanian anak-anak muda (dalam peristiwa perobekan bendera Belanda). Keberanian inilah yang memotivasi kita. Jadi pemimpin itu harus punya nyali," kata Anies dalam pidatonya.