Sejarah Munculnya Jajanan Cakwe, Simbol Perlawanan Warga Tionghoa

Konten Media Partner
12 Februari 2021 14:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cakwe memiliki bentuk yang unik seperti dua orang yang saling memunggungi. Jajanan cakwe merupakan simbol perlawanan warga Tionghoa. Foto: Instagram Cakue Peneleh
zoom-in-whitePerbesar
Cakwe memiliki bentuk yang unik seperti dua orang yang saling memunggungi. Jajanan cakwe merupakan simbol perlawanan warga Tionghoa. Foto: Instagram Cakue Peneleh
ADVERTISEMENT
Sebagai kota multietnik, Surabaya memiliki beraneka macam makanan peranakan yang merupakan hasil peleburan budaya lokal dan Tionghoa. Salah satunya cakwe. Menjumpai jajanan ini sangatlah mudah karena kebanyakan pedagang gorengan di Surabaya yang membuka lapak di sore hari akan menjual jajanan yang satu ini.
ADVERTISEMENT
Meskipun bukan kuliner asli Indonesia, tapi cita rasa cakwe sangat mudah diterima masyarakat lokal. Menurut Aji, tour guide Surabaya Heritage Track (SHT) Virtual Tour, 'Jajanan dari Seberang: Cita Rasa Oriental', cakwe dulunya datang ke Indonesia bersamaan dengan para imigran dari China.
"Bentuknya unik seperti dua orang yang saling memunggungi. Cakwe memiliki sejarah yang menarik dan mewakili perasaan masyarakat Tiongkok tentang sebuah peristiwa," jelas Aji.
Aji berkisah, saat itu di Tiongkok Dinasti Song sedang berkuasa pada abad ke-12. Sang kaisar Tan Gao-zong memerintah Jenderal Yue-Fei untuk dapat mengembalikan kedaulatan kota yang telah direbut Suku Jin.
Jenderal Yue-Fei berhasil melakukan penaklukan, sehingga Dinasti Song menjadi pemenang. Karena dianggap berjasa pada Dinasti Song, Jenderal Yue-Fei menjadi lebih dicintai rakyat.
ADVERTISEMENT
Namun keberhasilan Jenderal Yue-Fei justru memicu rasa iri Perdana Menteri yang bernama Qin Hui. Bersama sang istri, Qin Hui pun menyusun rencana untuk menjatuhkan Yue-Fei.
"Fitnah dan tuduhan pun dilemparkan kepada Jenderal Yue-Fei. Qin Hui berusaha menghasut Kaisar dan Menteri agar Yue-Fei terlihat buruk dan layak disingkirkan. Rencana Qin Hui berhasil, Jenderal Yue-Fei akhirnya dihukum mati," jelas Aji.
Kabar kematian sang jenderal sampai ke telinga rakyat dan memicu kemarahan mereka. Namun rakyat tak bisa melakukan apapun karena tidak memiliki kuasa.
Seorang penjual makanan bernama Wang Xiao-er ikut merasakan kemarahan kepada Perdana Menteri Qin Hui. Akhirnya dia menyuarakan ekspresi marahnya dalam bentuk adonan yang digoreng.
"Cakwe tercipta karena sebuah peristiwa yang cukup emosional. Bentuk adonannya merupakan sebuah ekspresi pembalasan dendam rakyat pada Qin Hui," tutur Aji.
ADVERTISEMENT
Dua lapis adonan dari tepung dibentuk layaknya sepasang manusia yang saling membelakangi. Saat digoreng, adonan mencuat dan seperti meledak-ledak di penggorengan.
Ketika menjual, Wang Xiao-er meneriakkan kata-kata yang menarik orang-orang.
“Dijual Hui Goreng!” begitu katanya.
Kalimat ‘dijual Hui goreng’ diucapkan dengan bahasa setempat: ‘Yóu zhá guǐ’ yang pelafalannya ‘You ca kue’. Hui atau Gui di sini mengacu kepada nama Perdana Menteri Qin Hui.
Meski tercipta karena sebuah peristiwa yang mewakili emosi rakyat, namun cakwe yang bercitarasa asin sangat disukai masyarakat.
"Sampai sekarang jajanan ini banyak digemari sebagai roti goreng asin. Cara menikmatinya cukup beragam, bisa dicocol dengan saos atau dimakan bersama bubur," simpul Aji.
Salah satu sentra jajanan legendaris di Surabaya yang menyediakan cakwe adalah Cakue Peneleh yang berada di pusat perbelanjaan Pasar Atom. Cakue Peneleh merupakan salah satu jajanan legendaris Surabaya yang umurnya sudah lebih dari 30 tahun.
ADVERTISEMENT