Konten Media Partner

Sejarah Pangeran Benowo, Putra Jaka Tingkir, di Surabaya

13 Januari 2020 17:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petilasan Pangeran Benowo di area Pemakaman Benowo Krajan. Foto-foto : Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Petilasan Pangeran Benowo di area Pemakaman Benowo Krajan. Foto-foto : Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Selama ini nama 'Benowo' identik dengan tempat pembuangan akhir terbesar di Surabaya. Tak banyak yang tahu bahwa ternyata 'Benowo' juga salah satu nama pahlawan di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Apabila Anda berkunjung ke petilasan wali Syekh Abdul Halim di area Pemakaman Benowo Krajan, Surabaya, Anda akan mengetahui bahwa nama lain dari Syekh Abdul Halim adalah Mbah Tosari Pangeran Benowo.
Menurut Mbah Samud, penjaga petilasan, Pangeran Benowo konon merupakan putra semata wayang dari Sultan Hadi Wijaya atau yang lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir. Jaka Tingkir adalah raja pertama dari Kerajaan Pajang.
Sejak kecil, Pangeran Benowo juga bersaudara dengan Sutawijaya, anak angkat Jaka Tingkir yang dikenal sebagai pendiri Kerajaan Mataram.
Suatu hari, Pangeran Benowo mendapat amanat dari Jaka Tingkir untuk menyelidiki kesetiaan Sutawijaya terhadap Kerajaan Pajang. Tugas itu pun dilaksanakan Pangeran Benowo bersama Arya Pamalad--kakak iparnya yang menjadi Adipati Tuban--dan Patih Mancanegara.
ADVERTISEMENT
Petilasan Pangeran Benowo di Benowo, Surabaya.
Sayangnya, kedatangan mereka justru membawa duka dan kembali ke Pajang lantaran seorang prajurit Tuban secara tidak sengaja dibunuh oleh putra sulung Sutawijaya yang bernama Raden Rangga.
Sesampai di Pajang, Arya Pamalad pun melaporkan keburukan Sutawijaya, bahwa Mataram berniat memberontak terhadap Pajang, dan ada prajurit yang terbunuh. Sementara itu, Pangeran Benowo mengatakan kalau terbunuhnya prajurit Tuban karena ulahnya sendiri.
Ucapan Arya Pamalad pun terbukti. Pada tahun 1582, Sutawijaya memerangi Kerajaan Pajang dan berakhir dengan kematian Jaka Tingkir.
Pangeran Benowo yang seharusnya naik takhta disingkirkan oleh kakak iparnya, yaitu Arya Pangiri, Adipati Demak. Pangeran Benowo kemudian menjadi Adipati Jipang Panolan.
Pada tahun 1586, Pangeran Benowo bersekutu dengan Sutawijaya untuk menurunkan Arya Pangiri dari takhta, karena kakak iparnya itu dianggap kurang adil dalam memerintah.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, setelah Pangeran Benowo dan Sutawijaya bersatu, pasukan Mataram yang dipimpin Sutawijaya dan pasukan Jipang Panolan yang dipimpin Pangeran Benowo berhasil mengalahkan Arya Pangiri.
Arya Pangiri pun dipulangkan ke Demak dan Pangeran Benowo menawarkan takhta Kerajaan Pajang pada Sutawijaya. Namun, Sutawijaya menolaknya. Sutawijaya hanya meminta beberapa pusaka Pajang untuk dirawat di Mataram.
Sejak itu, Pangeran Benowo naik takhta menjadi raja baru di Pajang dengan gelar Prabuwijaya.
Kisah tentang Pangeran Benowo yang dikenal setia ini ternyata ternama di penjuru Indonesia. Terbukti, petilasan Pangeran Benowo selalu dikunjungi warga sekitar maupun luar pulau Jawa.
"Sering banget ada orang ke sini (petilasan). Bahkan dari luar Jawa seperti Batam, Bengkulu, Sulawesi, Banyuwangi datang ke sini untuk ziarah," tutur Mbah Samud yang telah puluhan tahun menjaga petilasan tersebut pada Basra, Senin (13/1).
Bahkan, kata Mbah Samud, tak sedikit pula tokoh Nasional yang berkunjung di makam Pangeran Benowo, termasuk Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, hingga almarhum K. H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang kala itu menjadi Presiden RI.
ADVERTISEMENT