Sekolah akan Dibuka, Epidemiolog: Positivity Rate Harus di Bawah 5 Persen

Konten Media Partner
8 Juni 2021 14:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses simulasi sekolah tatap muka di Surabaya. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Proses simulasi sekolah tatap muka di Surabaya. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Pada tahun ajaran baru 2021/2022 Juli mendatang, pemerintah berencana akan kembali menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM) dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
ADVERTISEMENT
Di samping wacana tersebut, kasus COVID-19 di beberapa daerah pun kembali melonjak. Tak terkecuali di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Menanggapi hal itu, Pakar Epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair), dr Windhu Purnomo mengatakan, jika pemerintah ingin membuka kembali sekolah, positivity rate COVID-19 di Indonesia harus di bawah 5 persen.
Ia menyebut, jika saat ini positivity rate di Indonesia masih di atas 20 persen. Menurut WHO, hal tersebut masuk ke dalam klasifikasi tertinggi.
"Sampai hari ini, berminggu-minggu positivity rate kita (Indonesia) di atas 20 persen. Itu adalah klasifikasi tertinggi. Meskipun kasus kelihatan kecil 5 ribu – 6 ribu per hari, padahal kasus sesungguhnya bisa 8 –10 kali lipat dari yang kita laporkan per hari itu," kata Windhu ketika dihubungi Basra, Selasa (8/6).
ADVERTISEMENT
Melihat kondisi tersebut, Windhu menuturkan jika sekolah masih belum bisa dibuka mengingat risiko penularan yang sangat tinggi.
"Kita baru agak aman kalau positivity rate itu sudah di bawah 5 persen, apalagi kalau 2 persen itu malah bagus artinya low Incident selamanya. Okelah sekolah kita buka. Tapi selama masih di atas 5 persen itu haigh Incident," tuturnya.
Menurutnya, jika kondisi ini dipaksakan akan membawa risiko tersendiri untuk orang tua maupun lansia yang ada di rumah. Di mana, Windhu khawatir anak-anak akan membawa virus dari luar dan menularkannya ke orang tua atau kakek, nenek yang ada di rumah.
"Saya nggak khawatir anak-anak karena imunitasnya lebih baik. Tapi kalau mereka tertular, dan membawa virusnya ke rumah, padahal di rumah ada orang tua, ada kakek, neneknya, belum lagi kalau ada komorbid itu akan sangat berisiko. Kalau dipaksa buka, yang jadi korban ya orang tua, lansia, dan orang dengan komorbid yang ada di rumah," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, ia mengimbau pemerintah untuk mengkaji ulang wacana tersebut demi keamanan bersama, dan pandemi dapat segera berlalu.
"Rencanan itu oke, tapi nanti dua minggu sebelum rencana tatap muka, kita lihat 1 juli gimana keadaanya. Karena trend kita lagi naik, dan yang harus kita lihat adalah positivity rate," pungkasnya.