Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Sekolah SD/MI Cokroaminoto Disegel, Siswa Belajar di Rumah Kontrakan
18 Januari 2023 13:17 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Siang ini, suasana belajar siswa SD/MI Cokroaminoto Surabaya nampak tak kondusif. Puluhan siswa harus rela berdesakan dan kepanasan belajar di bangunan milik warga sebagai sekolah darurat.
ADVERTISEMENT
Meski harus belajar berhimpitan di ruangan berukuran sekitar 3×6 meter tersebut, tak membuat para siswa patah semangat.
Para siswa ini belum bisa kembali ke sekolah sebab bangunan sekolahnya disegel Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya karena belum memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Aziza Handayani selaku salah satu guru mengatakan, sebelum bangunan disegel, para siswa memang telah belajar di rumah guru dan bangunan milik warga yang disewa oleh pihak sekolah.
Pasalnya, saat itu bangunan sekolah sedang dalam perbaikan atau direnovasi.
"Kami pindah sebelum tahun ajaran baru 2022/2023, karena ada renovasi gedung. Di sini (bangunan warga) mulai Juni 2022. Untuk penyegelan sendiri tanggal 15 November 2022," ucap Azizah ketika ditemui Basra, Rabu (18/1).
Azizah mengaku, selama belajar di sekolah darurat para siswa sudah beradaptasi. Bahkan, hal itu juga tidak berpengaruh pada semangat siswa untuk terus menuntut ilmu.
ADVERTISEMENT
"Kondisi ini kalau dianggap menghambat proses pembelajaran ya enggak. Kalau berdesakan memang iya. Meski begini kondisinya, tapi kami tatap berusaha untuk berprestasi. Dan belum lama ini kami baru saja meraih medali emas lomba karya tulis ilmiah," ungkapnya.
Azizah menuturkan, jika ada 365 siswa yang sekolah di tempatnya tidak bisa belajar di sekolah akibat penyegelan. Agar para siswa ini bisa terus belajar, pihaknya membagi dua sesi saat proses pembelajaran.
Sesi pertama untuk siswa kelas kecil (kelas 1,2, dan 3) mulai pukul 06.30-11.00 WIB. Lalu sesi dua untuk siswa kelas besar mulai pukul 11.00-15.30 WIB.
"Jadi di sekolah darurat ini ada 3 rumah. Bangunan warga yang kami sewa, di rumah saya, dan satu lagi di rumah mertua guru sini," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan untuk menyewa bangunan warga, ia dan guru-guru lainnya harus berusaha patungan agar anak-anak tetap bisa sekolah.
"Uang sewa ini tidak dari yayasan tapi upaya guru-guru sendiri. Setiap bulannya Rp 1 juta. Kami ikhlas demi anak bangsa, siswa semuanya gratis. Dana yang diberikan pemerintah kami manfaatkan untuk keperluan anak-anak," ucapnya.
Azizah pun berharap, permasalahan ini dapat segera diselesaikan oleh pihak yayasan, sehingga renovasi dapat kembali dilakukan dan anak-anak busa kembali ke sekolah.
"Untuk yayasan kami berharap tolong kau ada apa-apa kita diajak rembuk biar tau kelanjutannya. Dan untuk pemerintah, selain pembukaan segel biar pembangunan lancar, di tengok lah prestasi kami ini. Jangan hanya sekolah yang di tengah kota saja, jangan yang di negeri-negeri saja yang diperhatikan. Kami juga bisa berprestasi, di follow up lah," tukasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Bonita Alleya Ramadhani siswa kelas 5 ini mengaku rindu belajar di dalam kelas. Pasalnya, saat belajar di sekolah darurat ia harus rebutan bangku terlebih dulu.
"Ya enggak terlalu suka di sini, kadang panas, kadang juga royokan (rebutan) bangku. Kalau di kelas kan enggak panas, terus gak berdesak-desakan, bisa sampai dapat bangku. Semoga masalahnya bisa cepat selesai dan enggak gini lagi," tukasnya.