Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten Media Partner
Selain Obesitas, Pemberian Susu Kental Manis Bisa Ganggu Tumbuh Kembang Anak
23 Februari 2023 14:34 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan bayi bernama Muhamamad Kenzie Alfaro yang mengalami obesitas.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, bayi laki-laki berusia 16 bulan ini mempunyai berat badan 27 kilogram karena diberi susu kental manis (SKM) oleh orang tuanya.
Menanggapi hal itu, Ahli Gizi UM Surabaya Tri Kurniawati menyebut, usia 0-24 bulan merupakan masa kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Karena di masa inilah periode tumbuh kembang anak yang paling optimal baik untuk intelegensi maupun fisiknya. Untuk itu, orang tua perlu memperhatikan gizi yang diberikan kepada anaknya.
"Periode ini dapat terwujud apabila anak mendapatkan asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya secara optimal. Karena jika anak kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini akan berlanjut hingga dewasa," ucapnya, Kamis (23/2).
Terkait pemberian SKM, Tri mengungkapkan, jika susu kental manis memang banyak digemari, karena rasanya yang enak dan harganya terjangkau.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, pemberian SKM secara berlebihan juga memberikan dampak negatif pada anak. Salah satu dampaknya yakni anak menjadi cepat kenyang.
"SKM 50 persen kandungannya adalah gula, bukan susu yang terbuat dari bahan cair. Sehingga memicu anak untuk cepat merasa kenyang dan tidak mengkonsumsi makanan yang lain," ungkap Dosen Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini ini.
Dampak negatif selanjutnya yaitu, kebutuhan zat gizi anak tidak terpenuhi. Hal ini karena kandungan susu kental manis yang tidak memiliki mikro nutrient yang dibutuhkan anak. Seperti energi, protein, lemak, karbohidrat, air, vitamin, dan mineral.
“Pemenuhan dari vitamin larut dalam lemak (ADEK) dan vitamin larut dalam air yaitu vitamin B kompleks (B1, B2, Niacin, B6, asam pantotenik, biotin, asam folat, dan B12) dan vitamin C. Mineral diantaranya berupa Zink, Yodium serta Fe. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di Pulau Jawa dan NTT menunjukkan rutin mengkonsumsi SKM juga dapat membawa gangguan status gizi pada balita,” jelasnya.
Ketiga, perkembangan kognitif anak tidak berkembang secara maksimal. Tri mengungkapkan, masa balita menjadi lebih penting karena merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Terlebih, pada triwulan kedua dan ketiga masa kehamilan dan dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa emas (golden periode) di mana sel-sel otak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
“Adanya gangguan kesehatan akan membawa dampak terhadap laju tumbuh kembang tubuh anak, sedangkan salah satu faktor yang dapat menentukan daya tahan tubuh seseorang anak adalah keadaan gizinya,” ungkapnya.
Selain itu, dampak lainnya yakni anak mengalami kelebihan berat badan (obesitas) akibat kurangnya konsumsi variasi bahan makanan yang dikonsumsi.
Terakhir yaitu produktivitas dan gangguan kesehatan pada saat dewasa. Tri menuturkan, pemenuhan gizi yang tidak seimbang dapat menyebabkan gangguan sistem imun, sehingga anak mudah terserang penyakit.
“Pola konsumsi dengan konsumsi SKM dan bahan makanan lain yang minim juga akan berpengaruh pada rendahnya daya tahan tubuh. Kondisi tersebut apabila terbawa sampai dewasa akan menyebabkan produktivitas dan gangguan kesehatan pada saat dewasa,” tukasnya.
ADVERTISEMENT