Konten Media Partner

Sempat Didiagnosis Chikungunya, Pelajar SMP Ini Ternyata Sakit Lupus

10 Mei 2025 7:14 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puput, pelajar SMP di Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Puput, pelajar SMP di Surabaya. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Tanggal 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia. Tak sedikit anak yang mengalami lupus yang dikenal sebagai penyakit seribu wajah karena kelihaiannya menyerupai gejala penyakit lain. Ini seperti yang dialami Puput, pelajar SMP di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Empat tahun silam, Puput didiagnosis mengalami lupus, suatu kondisi yang tak pernah dibayangkan oleh orang tua Puput. Bahkan diagnosis pasti atas kondisi Puput yang mengalami lupus baru didapat setelah menjalani beberapa pemeriksaan dari dokter yang berbeda.
"Sudah saya bawa ke beberapa dokter spesialis, tidak ditemukan lupus. Bahkan sempat didiagnosis chikungunya. Kemudian saya bawa ke RSAL (Dr Ramelan), nah dari situ baru ketahuan Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Akhirnya Puput dirujuk ke Soetomo (RSUD Dr Soetomo) karena di RSAL waktu itu tidak ada layanan untuk nepro anak," ungkap Widy, ibunda Puput, kepada Basra, belum lama ini.
Widy menuturkan gejala awal yang dialami putri bungsunya itu adalah munculnya ruam kulit berupa bintik-bintik merah. Puput juga mengaku mengalami nyeri persendian. Gejala ini khas dengan chikungunya yakni demam tinggi mendadak, diikuti nyeri sendi yang khas dan dapat disertai ruam.
ADVERTISEMENT
"Lupus itu penyakit seribu wajah. Jadi memang butuh serangkaian pemeriksaan untuk mendapatkan diagnosis pastinya. Itu yang saya alami selama mendampingi Puput," imbuh Widy.
Lupus adalah jenis penyakit autoimun yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan sel sehat. Lupus menyebabkan sel-sel tubuh mengalami kerusakan dan peradangan. Normalnya, antibodi atau sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk melindungi tubuh dari berbagai sel abnormal atau asing, seperti virus dan bakteri yang berpotensi menyebabkan penyakit.
Sementara itu, yang terjadi pada penderita lupus adalah sebaliknya. Antibodi justru menyerang sel-sel sehat dari dalam tubuh. Akibatnya tubuh akan lebih rentan terkena infeksi atau peradangan.
Hingga kini masih belum diketahui secara pasti penyebab asli penyakit lupus. Ditengarai, faktor genetik, lingkungan, dan makanan menjadi salah satu pemicu munculnya penyakit lupus. Namun Widy menuturkan jika tak ada riwayat lupus di keluarganya. Sehingga saat mengetahui Puput sakit lupus, Widy pun mengaku cukup terkejut.
ADVERTISEMENT
"Karena tidak ada faktor genetik," tukasnya.
Widy menduga jika lupus yang dialami putri bungsunya itu sebagai imbas sering mengkonsumsi makanan instan.
Diakui Widy, sebagai perempuan pekerja dirinya tak memiliki banyak waktu untuk menyiapkan makanan higienis bagi sang putri.
"Dulu kan saya kerja, jadi Puput ini seringnya saya kasih uang buat beli makanan. Nah, dia suka sekali makanan instan," tutur Widy.
Kini empat tahun sudah sang putri sakit lupus. Widy pun tak pernah lelah mendampingi Puput untuk berjuang sembuh.
"Kalau ditanya lelah, ya pasti lelah. Harus sering kontrol, malah sempat keluar masuk ruang rawat inap rumah sakit. Baru 6 bulan ini, Puput sudah tidak perlu lagi rawat inap," ujarnya.
"Kalau dulu, hampir setiap bulan harus rawat inap. Alhamdulillah, sekarang kondisinya sudah semakin membaik, kalau bukan saya dan suami siapa lagi yang harus berjuang buat anak kami. Intinya kalau mendampingi anak yang sakit itu harus sabar dan telaten," tandasnya.
ADVERTISEMENT