Seniman Surabaya Raih Medali Kehormatan dari Pemerintah Prancis

Konten Media Partner
8 Desember 2021 9:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seniman Surabaya Raih Medali Kehormatan dari Pemerintah Prancis
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seniman asal Surabaya Agus Soekamto menerima medali kehormatan dari Pemerintah Prancis. Medali itu berupa Chevalier dans l’Ordre des Arts et des Lettres (Ksatria dalam bidang Seni dan Kesusastraan). Ini merupakan penghargaan dari Kementerian Kebudayaan Prancis yang saat ini dipimpin oleh Menteri Roselyne Bachelot-Narquin.
ADVERTISEMENT
Medali disematkan langsung kepada seniman yang dikenal dengan nama Agus Koecink itu di kantor Konsulat Kehormatan Prancis oleh perwakilan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia, Stéphane Dovert. Dovert merupakan Konselor Kerjasama Kebudayaan sekaligus menjabat sebagai Direktur Institut Français di Indonesia.
"Medali kehormatan ini menjadi bukti komitmen Agus Koecink, yang merupakan seniman, pengajar, penulis, dan kurator pameran, selama lebih dari sepuluh tahun dalam mendukung pertukaran budaya dan seni antara Indonesia dan Prancis," kata Dovert dalam keterangan tertulis yang diterima Basra, Rabu (8/12).
Pada tahun 2010, seniman kelahiran Tulunggagung tahun 1967 yang menetap di Surabaya ini, terpilih untuk berpartisipasi dalam program mobilitas untuk para pelaku/aktor budaya Indonesia ke Prancis. Sejak itulah kolaborasi dengan Prancis berlangsung selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Pada saat residensi di kota Rouen selama satu bulan, tepatnya di Museum Sejarah Alam Rouen (Muséum d’histoire naturelle de Rouen) yang dipimpin Sébastien Minchin selaku direktur, aktivitas kesenian Agus mendapat perhatian. Ia pun diberi kepercayaan untuk merancang desain ruang Asia di museum tersebut, untuk koleksi etnografi dari Asia.
Museum Rouen pun mengundang seniman kontemporer asal Indonesia tersebut untuk berkolaborasi, menampilkan koleksi etnografi, memadukannya dengan rancangan karya artistik kontemporer sang seniman, dengan dukungan seniman Jenny Lee, istrinya, yang juga seorang seniman.
"Museum Rouen membuat ‘Galeri Benua-Benua’, ruangan dengan koleksi asal masing-masing benua. Menampilkan koleksi dari benua Asia, inilah tugas yang dikerjakan oleh Agus dan Jenny. Mereka berdua diberi kebebasan penuh untuk memilih koleksi museum yang belum pernah ditampilkan sebelumnya, dari latar belakang kekayaan etnografis, objek-objek yang akan disajikan. Mereka bersama mengerjakan teks presentasi, merancang skenografi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
'Salle d’Asie' atau Ruang Asia itu, lanjut Dovert, diresmikan pada Oktober 2014. Selain dihadiri undangan dari museum, juga dihadiri perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Prancis dan tentunya hadir Agus Koecink dan Jenny Lee.
Berkat karya Agus Koecink, kata Dovert, objek-objek etnografi asal benua Asia menemukan suaranya lagi dan berdialog dengan koleksi dari benua lain dan berjumpa dengan publik. Melalui berbagai lokakarya selama residensi, Agus mengenalkan seni Indonesia di Prancis.
Sejak kembali dari residensi di Prancis, Agus Koecink telah menggelar beberapa kali pameran karya bertema Prancis, di antaranya “Oleh-Oleh dari Prancis” (2010), “Paris et moi” (2012), “Rouen je t’aime” (2014) bersama Jenny Lee, dengan dukungan pusat kebudayaan Prancis, CCCL/IFI Surabaya.
ADVERTISEMENT
"Kiprah aktif Agus Koecink dalam kesenian menjadikannya aktor penting dalam dialog artistik antara Indonesia dan Prancis," pungkas Dovert.