Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
SMA di Surabaya Raih Penghargaan Internasional Lewat Inovasi Global Warming
3 Mei 2024 8:50 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Penyebab terbesar pemanasan global di Indonesia adalah emisi gas rumah kaca, yang berasal dari pembangkit listrik bersumber batubara. Berdasarkan data Greenpeace (2020), PLTU berkontribusi atas 46% dari emisi karbon dioksida dunia, dan Indonesia menempati urutan kelima negara dengan PLTU batubara terbanyak di dunia.
ADVERTISEMENT
Pemanasan global menimbulkan berbagai permasalahan bagi lingkungan, di antaranya penurunan ketersediaan air bersih. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mengungkapkan 59 persen sungai di Indonesia masih dalam kondisi tercemar berat. Meningkatnya jumlah sungai yang tercemar oleh sampah dan perubahan iklim yang mengakibatkan penurunan ketersediaan sumber air, penting bagi kita untuk mencari solusi mengatasi tantangan ini.
Prihatin dengan masalah global warming, ketiga siswa SMAN 20 Surabaya membuat solusi inovasi untuk mencari pembangkit listrik yang ramah lingkungan sekaligus dapat membersihkan sampah sungai, yaitu Hydro Trashbuster.
Ketiga siswa tersebut adalah Evan Abhaya Bisma, Denis Candrasetya, dan Alvin Rasyadiansyah.
Mereka juga meraih medali silver di ajang International Creativity and Innovation Award (ICIA) 2024 kategori innovation challenge, Minggu (28/4) lalu. Ajang lomba ini diadakan di Thailand secara hibrid dengan waktu persiapan hampir 3 bulan. Mulai dari persiapan pengiriman essay, video, penjurian hingga pengumuman.
ADVERTISEMENT
Dari sinilah, tiga siswa kelas 10 yang bergabung dalam ekskul Cybertwenty menawarkan solusi sebuah alat sederhana, namun akan memberi dampak besar bagi masyarakat. Lokasi sekolah SMAN 20 Surabaya yang berdekatan dengan sungai memberikan ide bagi mereka.
“Kami membuat Hydro Trashbuster dalam bentuk prototipe untuk menyediakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sungai. Hydro Trashbuster dapat mengkonversi energi kinetik menjadi energi listrik," ujar salah satu siswa, Evan, Jumat (3/5).
"Alat ini juga bisa membantu mengurangi pencemaran sungai dengan cara menangkap sampah-sampah yang ikut aliran sungai," sambungnya.
Evan menuturkan, Hydro Trashbuster dirancang dengan sistem penyaring yang mampu menangkap sampah-sampah tanpa mengganggu aliran air sungai. Setiap kali sampah berhasil ditangkap, beratnya diukur secara otomatis oleh sensor berat yang terpasang pada kincir air.
ADVERTISEMENT
Sampah yang diambil dari sungai akan dapat dipilah dijadikan pupuk atau didaur ulang. Dengan demikian, Hydro Trashbuster berperan dalam menciptakan lingkungan yang ramah dan bersih.
Kincir Hydro Trashbuster memanfaatkan air sebagai sumber daya terbarukan untuk menghasilkan listrik memberikan solusi terhadap perubahan iklim global yang disebabkan oleh pemanasan global bersumber dari emisi yang dihasilkan batu bara.
“Apabila sungai-sungai di Indonesia banyak yang memanfaatkan perangkat hydro trashbuster maka akan membantu mengurangi pemanasan global,“ ujar siswa lainnya, Alvin.
Menurut Evan, Hydro Trashbuster dibuat menjadi satu sistem aplikasi mobile yang terbuka bagi masyarakat untuk serta aktif dalam menjaga pelestarian sungai. Karena melalui aplikasi ini akan terlihat data sampah dari sungai per harinya.
“Alhamdulillah kami di cybertwenty jadi apa yang menjadi masalah bisa bertukar pikiran, misalkan bagaimana cara membuat aplikasi dan pemograman,“ tutur Evan.
ADVERTISEMENT
Tentunya ketiga siswa tersebut berharap, melalui inovasi Hydro Trashbuster semua sungai di Indonesia akan terhubung dan akan mudah diketahui tingkat pencemaran serta perbaikannya. Masyarakat juga diharapkan berperan aktif dalam menjaga sungai.
"Pembuatan alat tersebut terus dikembangkan mengingat masukan dari beberapa juri dari India saat ajang perlombaan. Alat kami masih terus dikembangkan akan terus kami perbaiki,“ ungkap Danish.
Menanggapi keberhasilan anak didiknya di ajang internasional ini, Dewi Shanti. selaku pembimbing cybertwenty menyatakan rasa bangganya.
"Yang penting proses mereka sudah sejauh ini. Karena selama proses pembuatan, mereka mempersiapkan secara mandiri, dari ide dan rancangan, membuat dan mengirim video ke penyelenggara hingga jadi prototipe, membuat aplikasi yang belum pernah mereka kerjakan sebelumnya, bisa dilakukan oleh mereka secara mandiri. Proses secara mandiri inilah yang sangat kami hargai,” terang Dewi.
ADVERTISEMENT
Dewi berharap, dengan inovasi dari siswanya ini bisa memberi manfaat kepada banyak orang untuk dikembangkan dan disempurnakan.
“Alhamdulillah semangat anak-anak terus membuat berbagai inovasi sangat saya hargai dan saya dorong, karena itu di cybertwenty kami membentuk divisi khusus inovasi agar anak-anak terus berkembang," tukasnya.