SMPN 4 Surabaya Panen Padi Hidroganik, Simbiosis Mutualisme antara Ikan dan Padi

Konten Media Partner
11 Juni 2021 12:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Andhika Surya Perdana dan Kayla Estriani Santoso terlihat begitu asik mengikuti kegiatan panen padi hidroganik yang ada di rooftop sekolahnya.
ADVERTISEMENT
Tak tanggung-tanggung, kedua siswa yang didapuk menjadi duta lingkungan SMPN 4 Surabaya ini juga sangat antusias saat terjun langsung melakukan proses gepyok padi hingga mengolahnya menjadi nasi.
Andhika mengatakan, panen padi yang ia lakukan ini merupakan pengalaman pertamanya. "Ini adalah pengalaman pertama saya. Tentunya kegiatan ini sangat seru dan menyenangkan, karena saya bisa tau proses dari padi hingga menjadi nasi itu seperti apa," kata Andhika pada Basra, Jumat (11/6).
Mengetahui proses memanen padi yang tak mudah, membuat siswa yang duduk di bangku VIII ini sadar untuk tidak menyia-nyiakan nasi.
"Nggak mau menyia-nyiakan nasi, kasihan petani. Karena prosesnya tadi lama. Saya paling suka waktu proses gepyok padi karena seru," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Mas Roro Suhartini Pembina Lingkungan SMPN 4 Surabaya mengatakan, penanaman padi hidroganik di lingkungan sekolah ini sudah dilakukan sejak November 2020 lalu.
Di mana pihaknya mengadaptasi sistem tersebut dari Bengkel Mimpi Hidroganik yang ada di Kabupaten Malang. Menurutnya, sistem tersebut sangat cocok dilakulan di kota-kota besar yang minim lahan untuk menanam padi.
"Ternyata padi hidroganik sangat sesuai dengan tempat-tempat seperti perkotaan ini. Di lahan sempit, kita bisa menanam padi sekaligus juga bisa panen ikan," kata Mas Roro.
Proses panen lele di SMPN 4 Surabaya. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
Ia menjelaskan, jika sistem hidroganik ini hampir sama dengan hidroponik. Bedanya, pada sistem hidroponik menggunakan pupuk kimia, sementara hidroganik tanpa pupuk sama sekali.
"Jadi di bawahnya kan ada ikan. Ikan tersebut kita beri makan, lalu mengeluarkan kotoran. Lah kotoran ini yang dijadikan pupuk bagi tanaman. Jadi ada sirkulasi air disitu. Air di ikan naik ke atas, lalu kotoran ikan diuraikan oleh tanaman untuk diambil tanaman haranya. Kemudian airnya sekaligus disaring masuk ke ikan lagi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk dapat memanen padi, ia mengaku membutuhkan waktu tiga bulan mulai biji padi ditanam.
"Prosesnya kita tanam biji padi di gelas, seminggu kemudian kan tumbuh lalu kita pindah tanam di instalasinya. Tiga bulan kemudian bisa dipanen," ujarnya.
Terkait kendala yang dialami saat menerapkan sistem hidroganik ini, Mas Roro menuturkan jika adanya hama dari burung dan jamur bisa menyebabkan gagal panen.
"Waktu awal-awal sempat gagal panen karena hamanya dari burung. Terus ada jamur juga yang menyebabkan padi kopong. Untuk mengatasinya kita kasih jaring-jaring," ucapnya.
Di lahan seluas 5x20 meter tersebut, pihaknya bisa menanam sekitar 357 rumpun padi. Di mana dalam sekali panen bisa menghasilkan sekitar 70 kg pagi.
"Idealnya satu rumpun 1-2 ons. Untuk ikan lele kita tebar sekitar 2000 benih lele. Kalau panen lele bisa sekitar 100 kg. Tapi kita ambilnya bertahap karena kita masih belum punya tengkulak," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan para siswa bisa mempelajari dan mempraktikkan di rumah, terutama untuk ketahanan pangan.
"Karena pandemi kita berikan edukasinya melalui media sosial. Jadi kita buatkan lengkap videonya mulai awal hingga akhir prosesnya," pungkasnya.