Sobo Pasar (1) : Kenangan Makan Dawet Jenang Grandul di Pasar Blauran

Konten Media Partner
1 November 2019 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana lantai 1 Pasar Blauran di kawasan Bubutan Surabaya. Foto-foto: Windy Goestiana/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Suasana lantai 1 Pasar Blauran di kawasan Bubutan Surabaya. Foto-foto: Windy Goestiana/Basra
ADVERTISEMENT
Kapan terakhir belanja ke pasar? Generasi yang lahir setelah tahun 2000-an mungkin tak pernah tahu suasana di dalam pasar tradisional. Padahal, sebelum banyak pembangunan mal di Surabaya, warga kota ini lebih senang berbelanja di pasar-pasar besar, seperti Pasar Turi, Pasar Genteng, Pasar Atom, Pasar Kayun, dan Pasar Blauran.
Ibu Umiyati (berbaju biru) yang melanjutkan usaha sang ibu di Pasar Blauran Surabaya.
Ada banyak keperluan sekolah hingga rumah tangga yang bisa dibeli di pasar. Selain harga yang lebih masuk akal, kesempatan menikmati jajanan masa lalu pun sayang bila dilewatkan.
ADVERTISEMENT
Selama beberapa edisi ke depan, Basra menghadirkan 'Sobo Pasar' yang berarti 'datang ke pasar', untuk memperlihatkan asyiknya menjelajah pasar-pasar tradisional di Surabaya.
Lontong mi ibu Umiyati yang khas sejak 1986.
Di edisi pertama, Basra akan bernostalgia rasa di Pasar Blauran Surabaya. Pasar Blauran dibangun sekitar tahun 1950. Hampir 27 tahun berdiri, pasar ini pun mengalami kebakaran hebat yang membuatnya direnovasi total.
"Dulu ibu saya mulai jualan lontong mi sama dawet di Blauran sekitar tahun 1977. Lalu ada kebakaran sekitar tahun 1978," kata Umiyati, pemilik Depot 'Dua Ibu' pada Basra, Jumat (1/11).
Menurut cerita Umiyati, masa jaya Pasar Blauran ada di tahun 1990-1995. Banyaknya pengunjung Pasar Blauran membuat dagangannya laku ratusan porsi dalam sehari. "Kalau dulu cambah dua kilo bisa habis. Sekarang cambah 1 kilo saja masih sisa banyak," kata Umiyati yang menjual lontong mi, lontong cap gomeh, nasi campur, dan es dawet ini.
Es dawet jenang grendul.
Untuk sepiring lontong mi yang disajikan lengkap dengan taoge, potongan tahu, petis, dan taburan udang goreng dijual dengan harga Rp 10 ribu.
ADVERTISEMENT
Lontong mi buatan Umiyati memang sedap. Rasa petis udang yang dicampur bawang putih, cabai, dan kecap ini cukup segar dan nendang di lidah. Mungkin inilah yang membuat depot Umiyati lebih ramai dari penjual lainnya.
Selain lontong mi, Umiyati juga menjual es dawet yang dicampur jenang grendul, bubur sumsum, ketan hitam, biji mutiara, gula merah cair, dan santan. Untuk cuaca Surabaya yang terik, seporsi es dawet seharga Rp 6 ribu sungguh jadi penawar dahaga yang menarik.
Penjual buku dan ATK di Pasar Blauran yang sepi pembeli.
Pasar Blauran tak hanya berisi kuliner. Ada banyak penjual perlengkapan pengantin dan kostum tradisional anak-anak yang dijual ada di sana.
Keperluan seragam dan buku-buku anak serta mainan juga dijual dengan harga yang negotiable.
Banyak keperluan pengantin disediakan di sini. Mulai layanan jahit kebaya sampai pilihan kosmetik.
Bahkan yang hobi mencoba kosmetik, di Pasar Blauran juga ada stan yang khusus menjual koper rias lengkap dengan meja, kursi, dan lampu dengan harga antara Rp 1 juta sampai Rp 1,2 juta. Harga ini tentu lebih murah dibanding koper rias di dalam mal yang mencapai Rp 3 juta.
ADVERTISEMENT