StrawBite, Inovasi Sedotan Ramah Lingkungan yang Bisa Dimakan

Saat ini penggunaan kantong kresek sekali pakai mulai sedikit berkurang. Sayangnya, hal tersebut tak diimbangi dengan pengurangan penggunaan sedotan plastik di masyarakat.

Di mana masih banyak kafe atau warung-warung yang menggunakan sedotan plastik sekali pakai, sehingga limbah plastik masih terus ada.

Guna mengatasi hal itu, kelompok mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) membuat sedotan berbahan dasar tepung beras dan tepung tapioka yang bisa dimakan.

Tim bernama StrawBite ini terdiri dari Alfian Dwi Wahyudi, Clarence Rex Maximilian, Natasya Octavia, dan Yemima Destaliza Samantha.

Ketua Tim StrawBite, Alfian Dwi Wahyudi, mengatakan, inisiatif pembuatan sedotan eco-friendly ini dilatarbelakangi fenomena masih banyaknya kafe yang menggunakan sedotan plastik.

“Hal ini tentu menjadi permasalahan bagi lingkungan karena plastik tidak bisa diuraikan kembali,” kata Alfian, Jumat (16/6).

Selain ramah lingkungan, Alfian menjelaskan keunggulan dari sedotan StrawBite adalah bisa dimakan. Hal ini dikarenakan sedotan terbuat dari bahan dasar tepung beras, tepung tapioka, dan air.

“Sehingga ketika sudah selesai pakai, sedotan bisa dihancurkan dan remahannya bisa ditaburkan ke tanah untuk diserap oleh tanaman. Jadi, sedotan ini benar-benar punya banyak manfaat,” jelasnya.

Sedotan StrawBite ini memiliki panjang 23 sentimeter dengan diameter 1,5 milimeter. Untuk proses pembuatannya sendiri membutuhkan waktu 25-30 menit.

Di mana satu kali proses menghasilkan 10 sedotan. Sedotan yang sudah jadi bisa bertahan di ruang terbuka selama 40 hari. Apabila sudah dipakai pada minuman, sedotan dapat bertahan 3-5 jam.

"Ke depan, kami akan mengembangkan sedotan StrawBite ini agar bisa digunakan untuk minuman panas, ditambahkan perasa, serta memperbanyak warna," tukasnya.