Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Suhu Panas di Surabaya Seperti di Gurun, BMKG Juanda Ungkap Sebabnya
30 Oktober 2024 18:08 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Beberapa hari terakhir, suhu di sejumlah wilayah di Jawa Timur, tak terkecuali di Surabaya, mengalami peningkatan yang signifikan, terutama pada siang dan malam hari yang terasa panas dan sumuk atau gerah.
ADVERTISEMENT
Beberapa daerah di Jatim mengalami suhu yang cukup tinggi, di antaranya Pasuruan 37,9°C, Jombang 37,8°C, Bojonegoro 37,5°C, hingga Surabaya 37,5°C. Tak ayal, kondisi ini menyebabkan suhu panas di Surabaya saat siang hari seperti di gurun.
Taufiq Hermawan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda mengungkapkan, fenomena tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pergerakan semu matahari.
"Saat ini, lintasan matahari bergerak menjauh dari wilayah Jawa Timur dan telah berada di posisi Samudera Hindia. Perubahan posisi matahari ini memengaruhi suhu permukaan laut di Samudera Hindia selatan Jawa Timur, yang kemudian berdampak pada suhu di wilayah Jawa Timur, termasuk Surabaya," terangnya, Rabu (30/10).
“Selain itu, suhu permukaan laut di Selat Madura juga berkontribusi terhadap peningkatan suhu di Surabaya dan sekitarnya,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Faktor lainnya adalah fase pancaroba yang sedang berlangsung di sebagian besar wilayah Jawa Timur. Pada masa ini, pembentukan awan sebagian terjadi dan penguapan terhambat di beberapa daerah, sehingga energi panas terakumulasi dan membuat suhu terasa lebih tinggi.
Taufik mengimbau masyarakat menghindari dehidrasi dengan minum air cukup, menghindari paparan langsung sinar matahari, menggunakan tabir surya, dan tidak melakukan aktivitas yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan, seperti membakar sampah atau puntung rokok sembarangan.
"Kami memperkirakan kondisi panas ini akan berlangsung hingga sepekan ke depan. Kami juga akan melihat dinamika atmosfer, apakah ada gangguan lain yang bisa memengaruhi cuaca di Surabaya dan sekitarnya,” tandasnya.