Suka Duka Dhania, Pelajar SMA di Surabaya yang Jadi Satgas COVID-19

Konten Media Partner
12 September 2020 17:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ramadhania Gadis Yosnanda. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Ramadhania Gadis Yosnanda. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Salah satu upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya dalam hal percepatan penanganan COVID-19 adalah membuat satuan-satuan tugas (satgas) di tingkat Kelurahan.
ADVERTISEMENT
Berhadapan langsung dengan masyarakat, ada banyak suka-duka anggota satgas tersebut dalam menjalankan tugasnya. Ini seperti yang dialami anggota muda satgas COVID-19 di kelurahan Mojo, Ramadhania Gadis Yosnanda.
Sudah sejak Juni 2020, siswi kelas XII SMAN 1 Surabaya itu bergabung menjadi anggota satgas COVID-19. Dia ditunjuk oleh aparatur kelurahan setempat. Dhania, demikian dia karib disapa, menegaskan bahwa dalam tugas ini tidak ada sukanya, yang ada hanya sedih dan duka, bagaimana tidak, yang dia temui hanyalah kekhawatiran-kekhawatiran dari warga, seperti kekhawatiran tertular.
"Saya kan bergabung dengan divisi sosialisasi, jadi tugas saya ya keliling sosialisasi tentang protokol kesehatan seperti penggunaan masker, cuci tangan, hingga physical distancing," ujar Dhania ketika ditemui Basra, Sabtu (11/9).
ADVERTISEMENT
Sosialisasi dan edukasi terhadap penerapan protokol kesehatan gencar dilakukan Dhania bersama timnya. Ada yang antusias, ada yang biasa-biasa saja dan ada juga yang acuh tak acuh bahkan membangkang. Sikap seperti ini pastinya akan jadi pangkal ketidak berhasilan bagi upaya tim satgas mencegah dan memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19.
Usia Dhania yang terbilang masih remaja tak jarang membuat warga memandangnya remeh. Namun Dhania tak menanggapinya.
"Ya banyak yang gak mau dikasih tau. Pernah juga ada ibu dan anak yang keluar rumah tidak pakai masker, saya tegur mereka. Tapi ibunya malah ngeyel, saya langsung aja pakaikan masker ke anaknya dan ngasih ibunya masker. Lha kok maskernya cuma dipegang sama ibunya, dia gak mau pakai," jelas Dhania.
ADVERTISEMENT
Menurut Dhania, ketika diminta untuk mematuhi protokol kesehatan, macam-macam alasan yang diberikan warga. Bahkan dia harus rela menerima makian warga karena dianggap masih ingusan namun malah bersikap menggurui.
Warga, dikatakan Dhania, masih banyak yang enggan pakai masker, tidak menyediakan tempat cuci tangan, abai terhadap aturan jaga jarak.
"Kondisi begini yang membuat saya sedih. Mereka katanya takut tertular COVID-19, tapi tidak mematuhi protokol kesehatan," keluhnya.
Puncak duka sebagai petugas satgas COVID-19, dirasakan Dhania ketika ada warga di lingkungannya yang terkonfirmasi positif. Tentu saja konfirmasi positif dari warga ini, menimbulkan kehebohan, rasa khawatir di sebagian besar warga merebak.
"Ada yang positif, satu keluarga, kemudian mereka dikucilkan warga lainnya. Kan kasihan," ujar anggota divisi perlindungan anak Forum Anak Surabaya (FAS) ini.
ADVERTISEMENT
Selain aktif sosialisasi tentang protokol kesehatan, Dhania juga terlibat dalam pembagian permakanan kepada para lansia. Saat melakukan tugasnya ini, Dhania selalu mengajak mereka berbincang-bincang.
"Kalau lansia kan pasti merasa kesepian, butuh teman untuk curhat. Jadi saya biasa ngajak mereka ngobrol," tukasnya.
Dhania mengaku bersyukur kini Surabaya telah masuk zona oranye penyebaran COVID-19. Dia berharap pandemi ini segera berlalu. Dia pun kian bersemangat menjalankan tugasnya sebagai satgas COVID-19 meski tanpa bayaran sepeserpun.
"Kita kerja sosial, jadi relawan, tidak ada bayarannya. Tapi saya ikhlas. Semoga cepat selesai pandemi nya, kangen juga sama sekolah," pungkasnya.