Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Surabaya Punya Batik Gigi yang Unik dan Banyak Dicari
6 Maret 2019 16:56 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
ADVERTISEMENT

Dokter gigi bisa membatik? Ternyata ada lho.
Dialah drg. Siti Nur Lestari, SpKGA, dokter gigi spesialis gigi anak di Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya. Sejak kecil, Lestari tumbuh di lingkungan para pembatik karena ayah dan ibunya pengusaha batik tulis di Solo.
ADVERTISEMENT
''Waktu kecil saya pernah ikut ibu jualan batik di Pasar Klewer, tapi karena sering lihat pembeli yang membongkar-bongkar dagangan ibu saya dan kemudian tidak jadi beli, lambat laun membuat saya kesal dan tidak mau lagi ikut ibu jualan. Saya akhirnya pilih di rumah dan sering lihat bapak membatik,'' kisahnya kepada Basra, Rabu (6/3).
Istilah tresno jalaran soko kulino (yang artinya suka karena terbiasa) juga terjadi pada Lestari dan batik. Karena hampir setiap hari melihat sang bapak dan para pengrajinnya membatik, Lestari akhirnya mengerti setiap detil proses pembuatan batik tulis.
Kedekatannya dengan batik tak membuat Lestari ingin menjadi pengusaha batik seperti orang tuanya. Jalan lain dipilih Lestari dengan menjadi dokter gigi sejak 1989.
ADVERTISEMENT
Pada 2007, disela kesibukan menjalankan profesi sebagai dokter gigi anak, timbul pemikiran untuk membuat desain batik yang unik dan berbeda.
''Awalnya saya terinspirasi membuat desain batik bermotif gigi geligi, sesuai dengan profesi saya sebagai dokter gigi,'' tukasnya.
Desain batik ciptaannya pun mendapat sambutan positif di kalangan koleganya. Bahkan Lestari kerap ikut pameran dalam komunitas profesinya. Seiring berjalannya waktu, Lestari menerima banyak permintaan dan pemesanan desain batik dari komunitas dokter gigi.
Bahkan ketika batik ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO pada bulan Oktober 2009 silam, motif desain ciptaan Lestari semakin beragam. Ia menuangkan imajinasi desainnya dalam motif medical.
"Ada beberapa motif medical batik yang saya ciptakan, meliputi Anatomi, Histologi, Pathologi, Mikrobiologi dan lainnya," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Desain batik ciptaan Lestari telah banyak digunakan oleh sejawatnya di berbagai perkumpulan bidang profesi kedokteran, seperti IDGAI, PAPDI, NEPROLOG, NEUROLOG, BIOMEDIK, PERSADIA, IDI, hingga PDGI.
Lestari kini melabeli batik ciptaannya dengam nama 'Ashri', yang diambil dari nama anak perempuannya, Bening Sinaring Ashri.
Meski batik yang diproduksi Lestari bermotif kedokteran, namun corak batik tradisional khas Solo masih dipertahankan.
Batik Ashri sendiri dibuat dengan bahan kain jenis katun primisima berkualitas premium. Satu kain berukuran panjang 250 cm dan lebar 115 cm. Motif medical desain hanya diciptakan satu tema untuk satu kain. Harga setiap kain medical design batik mulai dari Rp 300 ribu. (Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)