Surabaya Temukan 11.208 Kasus TBC Sepanjang 2022
PerbesarADVERTISEMENT
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, hingga Desember 2022 data estimasi pasien positif kasus Tuberkulosis (TBC) sebesar 11.209 di Kota Pahlawan. Angka ini menjadikan Surabaya sebagai penyumbang terbanyak pasien TBC di Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
"Di Jawa Timur ini Surabaya sebagai penyumbang terbesar kasus TBC," kata Wakil Supervisor (Wasor) TBC Kota Surabaya, Priyo Susilo, saat ditemui Basra usai acara 'Cup Cake Decoration & Talkshow' terkait penyakit TBC yang digelar Ottimmo International bersama Dinkes Kota Surabaya, Minggu (19/3) sore.
Priyo menegaskan, banyaknya kasus TBC yang ditemukan di Surabaya bukan berarti jelek, tetapi dengan semakin banyak ditemukan, maka semakin baik. Dengan catatan, harus dibarengi dengan pengobatan sesuai standar.
"Sekarang semua puskesmas di Surabaya sudah bisa melakukan diagnosis awal penyakit TBC. Padahal sebelumnya hanya ada 5 puskesmas yang dijadikan percontohan untuk penanganan kasus TBC," jelasnya.
Priyo menuturkan, Dinkes Kota Surabaya terus berupaya mencari atau melakukan proses skrining pada kasus dugaan TBC. Setelah melakukan skrining, para pasien yang kedapatan positif TBC akan dilakukan pengobatan secara rutin.
ADVERTISEMENT
"TBC bukanlah penyakit keturunan, melainkan penyakit menular yang bisa sembuh. Semakin banyak ditemukan, berarti lintas sektornya itu jalan," tegasnya.
Sementara itu gelaran acara Cup Cake Decoration sendiri merupakan salah satu bentuk dukungan dari Ottimmo International untuk percepatan eliminasi TBC di Surabaya.
"Biaya pendaftaran dari kegiatan Cup Cake Decoration ini kami donasikan untuk pasien TBC," ujar Humas Ottimmo International, Baresa Margi Mukti.
Perempuan yang kerap disapa Icha ini mengungkapkan, sejak 2021 lalu, Ottimmo telah tergabung dalam tim percepatan eliminasi TBC di Surabaya.
“Setiap bulannya kami aktif memberikan makanan siap saji bagi pasien TBC, dan paling tidak satu tahun dua kali kami aktif memberikan kegiatan yang bertujuan untuk membuat pasien atau keluarga pasien dapat membangun ekonomi kreatif melalui kegiatan workshop memasak,” tukas Icha.
ADVERTISEMENT