Survei: 453 Ton Sampah Mengotori Kawasan Taman Nasional

Konten Media Partner
1 Maret 2022 14:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alue Dohong, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, dalam webinar bertajuk 'Membangun Destinasti Wisata Super Prioritas yang Berkelanjutan Melalui Pengurangan Sampah Berwawasan Lingkungan' yang digelar Danone-Aqua, Selasa (1/3).
zoom-in-whitePerbesar
Alue Dohong, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, dalam webinar bertajuk 'Membangun Destinasti Wisata Super Prioritas yang Berkelanjutan Melalui Pengurangan Sampah Berwawasan Lingkungan' yang digelar Danone-Aqua, Selasa (1/3).
ADVERTISEMENT
Indonesia telah menjadi tujuan destinasi pariwisata dunia dengan berbagai daerah wisata unggulan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia. Namun di sisi lain, peningkatan jumlah wisatawan di berbagai kawasan destinasi wisata tersebut juga meningkatkan jumlah sampah yang dihasilkan.
ADVERTISEMENT
Alue Dohong, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, mengungkapkan pariwisata alam yang dimiliki Indonesia mengandalkan keaslian alamnya. Sehingga kebersihan alam menjadi faktor penting keberlangsungan destinasi wisata alam.
"Kalau ada pencemaran maka tidak akan ada keberlanjutan dari destinasi wisata tersebut. Ada banyak ditemukan sampah, jika sudah demikian maka akan kehilangan pesona alamnya," tegas Alue, dalam webinar bertajuk 'Membangun Destinasti Wisata Super Prioritas yang Berkelanjutan Melalui Pengurangan Sampah Berwawasan Lingkungan' yang digelar Danone-Aqua, Selasa (1/3).
Alue lantas mengungkapkan, berdasarkan survei di delapan taman nasional dan tujuh gunung oleh Komunitas Sapu Gunung yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan organisasi mahasiswa pencinta alam pada 2016, didapati sebanyak 453 ton sampah mengotori kawasan taman nasional. Mayoritas sampah bertumpuk, ditanam, dan bertebaran di lokasi perkemahan pendaki.
ADVERTISEMENT
Sampah plastik, lanjut Alue, mendominasi sebanyak 53 persen atau 250 ton dari 453 ton sampah. Sampah plastik menjadi persoalan serius karena sangat sulit terurai di dalam tanah dan secara permanan berpotensi mencemari ekosistem taman nasional.
“Sampah menjadi salah satu sumber yang menyebabkan kondisi lingkungan menjadi menurun kualitasnya, bukan hanya secara estetika, tetapi lebih penting lagi, karena sampah merupakan salah satu sektor sumber emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang berbahaya bagi kerusakan atmosfir yang akan memberikan dampak buruk pada kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah berperan penting dalam penerapan peraturan pengelolaan sampah berbasis Kawasan, termasuk di antaranya Kawasan Wisata," jelasnya.
Dikatakan Alue, perlu penanganan dan pengelolaan sampah untuk turunkan emisi GRK dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat yang meliputi Pemerintah baik Pusat dan Daerah, akademisi, aktivis, komunitas, dunia usaha, asosiasi profesional dan bahkan individual.
ADVERTISEMENT
Industri daur ulang, lanjutnya, juga dapat berperan besar dalam proses pengurangan sampah sehingga sampah di Kawasan Wisata dapat dikumpulkan lalu didaur ulang menjadi produk yang lebih bermanfaat.
"Bank Sampah dan pengepul sampah adalah ujung tombak dalam pengumpulan sampah, selain sebagai sarana pengumpulan sampah juga sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampahnya," tukasnya.