Konten Media Partner

Tahap Pemulihan Korban Pelecehan Seksual Menurut Psikolog

7 Maret 2022 13:55 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Korban pelecehan seksual biasanya mengalami pengalaman traumatik. Jika tidak segera ditangani, trauma tersebut dapat mengganggu kondisi psikis korban hingga aktivitas sehari-harinya.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana cara mengatasinya?
Menjawab hal itu, Reisqita Vadika, M.Psi, Psikolog Klinis SDM dari Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya, mengatakan, salah satu cara mengatasi trauma tersebut yakni melakukan terapi dengan psikoterapi.
Perempuan yang akrab disapa Qiqi ini menuturkan, jika proses pemulihan trauma membutuhkan waktu yang tak sebentar bagi korban. Tujuannya adalah agar korban benar-benar bisa menerima dan berdamai dengan kejadian tersebut.
"Biasanya, prosesnya cukup panjang. Tidak cukup 1-2 minggu atau 1-2 bulan. Terlebih kalau pelakunya adalah orang terdekat kita. Misalnya saja pelecehan yang dilakukan ayah kepada anaknya. Itu akan butuh waktu, supaya mereka bisa meregulasi pikiran-pikiran yang terdampak oleh trauma," kata Qiqi ketika dihubungi Basra, Senin (7/3).
Qiqi menjelaskan, korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang terdekat biasanya alur pikirannya tidak akan percaya lagi dengan orang lain. Karena kepercayaan itu sesuatu yang didapat dari pengalaman.
ADVERTISEMENT
"Pikiran mereka (korban) akan seperti ini 'ayahku sendiri enggak bisa dipercaya, apalagi orang lain'. Sehingga generalisasi traumanya menjadi sangat luas. Karena itu kita pelan-pelan merekonstruksi pikiran-pikiran yang keliru, kemudian emosinya juga kita bantu untuk meregulasi kembali. Supaya paling tidak, meskipun dia belum bisa melupakan pengalaman tersebut, tapi dia bisa memandang dunia itu tetap dengan netral. Tidak memandang dunia sebagai dunia yang mengancam," jelasnya.
Pixabay
Untuk itu, ketika korban melakukan terapi, pihaknya sebagai salah satu pemberi semangat akan konsisten dalam memberikan support untuk korban. Harapannya, korban bisa belajar dan bisa percaya kembali dengan orang lain.
"Jangan sampai kita dukung tapi di belakang melakukan hal kebalikannya. Jadi sebisa mungkin perilaku, sikap, dan kata-kata kita dalam mendampingi korban itu konsisten dan suportif," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Selain memberikan terapi dan dukungan, Qiqi menuturkan, jika korban juga akan diajak untuk fokus pada apa yang menjadi kelebihannya dan apa yang bisa dilakukannya. Misalnya saja, korban bisa melanjutkan pendidikan, karier, atau kembali memulai hobi yang ia gemari.
"Kita fokus pada hal-hal itu, sehingga kita bisa membuat dia melihat bahwa peristiwa pelecehan itu tidak sesignifkan itu untuk mengubah dia seutuhnya," tutur Qiqi.
Tak lupa, Qiqi juga berpesan kepada para korban pelecehan untuk tidak takut bersuara dan memperjuangkan keadilan.
"Kalaupun misalnya kamu masih takut untuk speak up, its okay. kamu enggak harus mulai dari speak up, tapi bisa mulai healing dengan diri sendiri. Dan seiring berjalannya waktu, mudah-mudahan ketika dirimu mulai pulih dan bangkit, kamu juga akan mendapatkan keberanian untuk mendapatkan keadlian yang ingin kamu dapatkan," tutupnya.
ADVERTISEMENT