Tahukah Kamu, Vitamin D Bisa Cegah Infeksi COVID-19 Sampai 54 Persen

Konten Media Partner
17 Juli 2021 14:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Tak seperti Vitamin C atau A, Vitamin D mungkin lebih jarang kita perhatikan selama ini. Padahal, asupan Vitamin D dalam tubuh sangat memengaruhi kesehatan, bahkan mampu menangkal COVID-19.
ADVERTISEMENT
Maka tak heran, selama pandemi merebak banyak masyarakat yang kembali melakukan kegiatan berjemur di tengah terik matahari atau caring untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Sayangnya, berdasarkan data dari WHO, rata-rata kadar Vitamin D penduduk Indonesia adalah 17,2. Angka tersebut sangat rendah. Bahkan paling rendah dari negara-negara di ASEAN.
dr. Henry Suhendra, SpOT mengungkapkan bahwa sebuah penelitian di Boston pada 2020 membuktikan, Vitamin D dapat mengurangi kemungkinan infeksi virus corona sampai dengan 54 persen. Namun, kondisi itu dapat dicapai hanya jika kadar Vitamin D dalam tubuh optimal.
“Ini hampir sama dengan vaksin lho. Kan lumayan banyak. Kalau vaksin 60 sampai dengan 65 persen, beda-beda,” kata dr. Henry, Sabtu (17/7).
Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi ini menjelaskan, Vitamin D merupakan super hormon yang berpengaruh pada seluruh sel. Sebab, reseptornya ada di semua sel seluruh sistem tubuh kita. “Kalau vitamin D kita optimal, artinya kita akan baik-baik saja. Tidak ada penyakit-penyakit,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Vitamin D memang dikenal memiliki banyak manfaat untuk mengurangi berbagai infeksi. Mulai dari bakteri hingga virus, termasuk COVID-19. Selain itu, Vitamin D juga dapat melawan kanker, sakit jantung, hingga autoimun. Dengan catatan harus optimal 100 persen.
"Di Amerika Serikat, Vitamin D terbukti telah memperbaiki berbagai penyakit berat, seperti Penyakit jantung dan 70 jenis penyakit kanker," tuturnya.
Ilustrasi berjemur. Pixabay
Sementara itu, terkait varian yang akan terus bertambah, vitamin D dapat meningkatkan imunitas di tiga sektor. Pertama, meningkatkan local barrier pada kulit. Yaitu mempererat celah antar kulit, sehingga tidak ada celah untuk virus masuk.
Kedua, innate immunity. Serta imunitas yang berkaitan dengan pembentukan antibodi oleh T dan B limfosit.
Meski demikian, butuh waktu untuk menaikkan kadar Vitamin D tubuh. Sebab, selain fluktuatif, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi. Misalnya ketika stres atau kurang tidur, maka akan turun.
ADVERTISEMENT
"Misalnya gini, setelah gowes Jawa-Bali, badan pegel semua, terus flu. Ini ya karena daya tahan tubuh hilang pada saat Vitamin D turun. Jadi menaikkan kadar Vitamin D bisa dengan olahraga, tapi kalau berlebihan, Vitamin D akan hancur. Kalau terlalu capek, dia turun," pungkasnya.
Diketahui, dosis Vitamin D dapat diberikan berdasarkan usia dan kondisi yang diderita pasien. Berikut takaran vitamin D untuk sejumlah kondisi:
Dosis dewasa
Untuk mencegah kekurangan vitamin D usia 19-70 tahun yakni 600 IU per hari. Sementara untuk pengobatan dan pencegahan osteoporosis usia >50 tahun adalah 800-1.000 IU, 1 kali sehari.
Kondisi hipoparatiroid, 50.000-200.000 IU, 1 kali sehari. Kondisi hipofosfatemia atau rendahnya kadar fosfat dalam darah yakni 10.000-60.000 IU, 1 kali sehari. Kondisi rakitis 12.000-500.000 IU, 1 kali sehari.
ADVERTISEMENT
Dosis anak-anak
Dengan kondisi hipofosfatemia yakni 40.000-80.000 IU, 1 kali sehari. Sementara kondisi rakitis yakni 12.000-500.000 IU, 1 kali sehari.