Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Tak Rela Semanggi Hilang, SMAN 12 Surabaya Menanamnya di Lahan Sekolah
26 April 2019 9:58 WIB
![Lahan semanggi seluas 15x8 meter di SMAN 12 Surabaya. Dok. SMAN 12 Surabaya](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1556246390/gjovk2grqaykadfbkqrt.jpg)
ADVERTISEMENT
Semanggi Suroboyo, lontong balap Wonokromo
Dimakan enak sekali, sayur semanggi krupuk puli
ADVERTISEMENT
Bung… mari....
Lagu keroncong yang diciptakan S. Padimin di era 50-an ini memang bercerita tentang segar dan nikmatnya sajian semanggi pincuk khas kota pahlawan.
Seiring menuanya usia kota Surabaya kini nasib semanggi makin sulit dicari. Bahkan, di daerah asalnya di Kampung Kendung dan Sememi, Kecamatan Benowo, Surabaya, semakin sedikit tanaman semanggi yang bisa dijumpai.
Padahal semanggi ini termasuk tanaman yang mudah ditanam dan dipanen.
Tak rela semanggi jadi langka, SMA Negeri 12 Surabaya jatuh-bangun berjuang membudidayakan semanggi di halaman sekolah seluas 15x8 meter.
''Jadi SMAN 12 ini kan lokasinya di Surabaya Barat, yang mana penduduk sekitarnya mempunyai pekerjaan sebagai penjual semanggi. Nah, pas kami melakukan observasi, kami menemukan jika para penjual itu mendapatkan semanggi dari Sidoarjo. Jadi kita ingin melestarikan semanggi supaya tetap ada dan mempermudah para penjual memperoleh semanggi," kata Suharningsih, pembina lingkungan hidup SMAN 12 Surabaya ketika ditemui Basra, Kamis, (25/4).
ADVERTISEMENT
Untuk membudidayakan semanggi, perempuan yang akrab disapa Suhar ini menjelaskan bahwa semanggi tanaman yang mudah untuk ditanam dan dipanen. "Semanggi ini jenis tanaman paku-pakuan. Jadi menanamnya mudah, tinggal ditancap nanti bisa tumbuh yang penting ada airnya," ungkap Suhar.
"Bahkan tanaman ini bisa tumbuh sewaktu-waktu. Jadi bisa panen bisa setiap saat. Kalo dibutuhkan anak-anak bisa tinggal ambil," lanjutnya.
Selama ini, hasil panen semanggi telah diolah menjadi nugget semanggi, donat semanggi, sirup semanggi, steak semanggi, pecel semanggi, pentol semanggi, isian daging burger dari semanggi, botok semanggi, hingga agar-agar semanggi.
Hasil olahan ini biasanya dihidangkan pada saat ada tamu yang datang dan diikutkan pameran pendidikan. Bahkan olahan semanggi ini juga hadir di program kewirausahaan yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
ADVERTISEMENT
Bahkan berkat semanggi, SMAN 12 Surabaya sempat memenangkan kejuaraan lingkungan lomba Adiwiyata Tingkat Nasional pada 2015.
Dengan adanya pembudidayaan semanggi, Suhar berharap tanaman semanggi tetap ada dan dapat menjadi oleh-oleh khas dari Surabaya.
"Semoga bisa membantu penduduk sini (sekitar SMA) untuk mendapatkan semanggi agar tidak beli jauh-jauh. Dan semoga semanggi bisa menjadi oleh-oleh khas Surabaya yang dikenal hingga seluruh dunia," pungkas perempuan yang juga mengajar sebagai guru Kimia ini.
Semanggi Susah Jualnya, Mudah Buangnya
Imroatun, salah seorang pedagang semanggi yang ada di kampung Kendung bercerita tentang suka duka menjual hidangan khas Surabaya ini. Menurut perempuan yang akrab disapa Mbak Im ini dirinya paling nelongso bila laku sedikit dan harus membuang sayur semanggi miliknya.
ADVERTISEMENT
"Kalo sudah sore dan masih banyak, jadi harus dibuang. Semanggi kan sayurannya nggak bisa tahan lama. Harus fresh setiap hari," tuturnya saat ditemui Basra Jumat, (26/4).
Setiap hari, Mbak Im mengeluarkan modal Rp 100 - Rp 150 ribu. Dengan modal tersebut, ia mampu mengantongi omzet sekitar Rp 175 - Rp 350 ribu.
"Kalo hari biasa seperti sekarang biasanya bisa menjual 20-25 porsi mbak. Pas Sabtu-Minggu baru rame, bisa dua kali lipatnya," jelas perempuan 48 tahun ini.
Diketahui, setiap hari mbak berjualan Semanggi mulai pukul 7 pagi hingga pukul 4 sore guna membantu sang suami yang bekerja sebagai kuli bangunan. Untuk harga seporsi semanggi, ibu dua anak ini mematok harga Rp 7 ribu. (Reporter : Amanah Nur Asiah / Editor : Windy Goestiana)
ADVERTISEMENT