Konten Media Partner

Target Pemda Bisa Tercapai jika 10 ribu Murid Kerjakan Projek

29 Mei 2023 14:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Target Pemda Bisa Tercapai jika 10 ribu Murid Kerjakan Projek
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
"Pendidikan itu sepanjang hayat, dari lahir sampai liang lahat. Apalagi terkait perubahan yang menyebabkan kita terus belajar, terus mengupgrade diri, sehingga kita tidak tergilas oleh kemajuan zaman,"
ADVERTISEMENT
Begitulah kalimat yang diungkapkan Himmatul Aliyah, anggota komisi DPR RI yang hadir sebagai narasumber dalam talkshow Temu Pendidik Nusantara X dengan tema Tumbuh Berkelanjutan, Perubahan Pendidikan Melampaui Ruang Kelas sesuai Ajaran Agama.
Dalam kesempatan itu, Himma juga mengingat kembali masa pandemi tiga tahun lalu. Di mana keadaan mendadak berubah dan guru menghadapi tantangan yang sebelumnya belum pernah ada.
Sehingga seorang guru harus terbiasa belajar terutama dengan adanya kecanggihan teknologi saat ini.
“Demikian hal-hal yang dulu kita merasa mampu melakukannya, di era yang tiba-tiba seperti pandemi COVID kemarin, harus segera adaptasi pada hal baru,” ungkap Himma dalam talkshow secara daring itu.
Himma juga menceritakan, dirinya bisa jadi seseorang yang tampil percaya diri di depan publik berkat sang guru. Padahal saat kecil, Himma sangat pemalu bahkan tidak mau tampil di depan kelas.
ADVERTISEMENT
"Guru saya kemudian memberikan beberapa tips yang akhirnya berhasil mengantarkan saya menjadi penyiar radio, hingga politikus yang biasa berbicara di depan publik," ucapnya.
Sementara itu, Bukik Setiawan, ketua Yayasan Guru Belajar, yang juga hadir sebagai narasumber, sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Himma.
Bukik menuturkan, berkelanjutan belajar memang harus dari lahir sampai liang lahat. Sayangnya, seringkali kita hanya belajar sampai ujiannya selesai.
Hal tersebut juga terjadi pada murid. Padahal, saat kembali ke masyarakat, murid dituntut untuk menghadapi berbagai ujian kehidupan.
“Simpelnya, kontribusi apa sih yang mau diberikan, peran apa yang mau diambil? Itu yang akan menjadi ujian terus-menerus. Bagaimana alih-alih proses belajar hanya ujian tertulis, tapi bagaimana memberikan kesempatan pada anak menghadapi ujian saat ini,” jelas Bukik.
ADVERTISEMENT
Bukik juga memberikan contoh ujian kehidupan yang dimaksud, yakni terkait perilaku membuang sampah. Persoalan ini, seharusnya tidak hanya bisa diserahkan pada mereka yang sudah lulus sekolah atau bekerja di bidang tersebut, tapi juga pada murid.
"Misalnya saja di mulai dari sekolah, murid akan lebih disiplin dan bertanggungjawab ketika diberi kesempatan terlibat untuk menjaga kebersihan," ucapnya.
Bukik menyebut, jika sudah banyak riset yang mengungkapkan, seseorang akan jadi pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab jika diberi kesempatan. Demikian pula yang seharusnya terjadi dengan pembelajaran yang dialami murid.
“Bayangkan jika pemerintah daerah bekerja sama dengan sekolah dalam pembelajaran berbasis projek, ada 10 ribu murid saja yang mengerjakan projek, menganalisis masalah di sekitarnya, maka pemerintah akan terbantu untuk mencapai apa yang menjadi targetnya,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Melalui TPN X, Bukik berharap, semakin banyak guru yang berani percaya pada murid untuk memberi kesempatan. "Dari situ akan terlihat potensi murid yang sesungguhnya," tukasnya.