Tentara Lalat Hitam, 'Senjata' Surabaya Entaskan Sampah

Konten Media Partner
21 Februari 2019 5:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tri Yulianti, Satgas Black Soldier Fly (BSF) di PDU Jambangan sedang memegang kotak berisi 10 ribu larva BSF berumur lima hari. Larva ini nanti akan diberi makan sampah organik selama 12 hari dan siap dipanen untuk pakan ikan serta sebagiannya dikembangbiakkan. Foto : Windy Goestiana
zoom-in-whitePerbesar
Tri Yulianti, Satgas Black Soldier Fly (BSF) di PDU Jambangan sedang memegang kotak berisi 10 ribu larva BSF berumur lima hari. Larva ini nanti akan diberi makan sampah organik selama 12 hari dan siap dipanen untuk pakan ikan serta sebagiannya dikembangbiakkan. Foto : Windy Goestiana
ADVERTISEMENT
Larva tentara lalat hitam jadi 'mesin' pereduksi sampah baru yang dimiliki Surabaya. Larva dari lalat yang bernama Black Soldier Fly (BSF) ini secara khusus dimanfaatkan untuk memakan sampah organik di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Lalat BSF kini jadi primadona. Bayangkan, dalam waktu sekitar 45 menit, sepuluh ribu ekor larva BSF mampu memakan sampah organik sebanyak 1,5 kilogram.
Pengembangbiakan larva BSF di Surabaya ada di Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan dan PDU Sutorejo Surabaya.
''Tapi pilot project teknik urai sampah menggunakan larva BSF hanya ada di PDU Jambangan,'' kata Koordinator Rumah Kompos se-Surabaya, Dwijo Warsito, pada Basra Selasa (19/2).
Dwijo menjelaskan untuk menguji penguraian sampah dengan larva BSF, PDU Jambangan bekerjasama dengan warga di RT 07 dan RT 08 dari RW 03, Jambangan, Surabaya.
Total ada 250 rumah di kedua RT tersebut. Setiap 2 hari sekali, secara bergiliran, PDU Jambangan akan mengangkut sampah sisa makanan dari masing-masing RT.
ADVERTISEMENT
''Sekali angkut dari tiap RT bisa terkumpul 100 kilogram sampah rumah tangga. Setiap bulan sekitar 3,5 ton - 4 ton sampah,'' kata Dwijo.
Sampah-sampah inilah yang akhirnya dipilah untuk makanan larva BSF.
Dwijo Warsito, Koordinator Rumah Kompos se-Surabaya sedang mengecek proses reduksi sampah dengan metode larva BSF. Di dalam boks tersebut sudah diisi 10 ribu larva berusia 5 hari dan sampah organik sebanyak 12 kilogram. Total ada 42 boks yang diuji cobakan. Foto : Windy Goestiana
Dalam waktu 12 hari, sebanyak 10 ribu larva BSF bisa memakan 12 kilogram sampah. Total ada 42 boks berisi masing-masing sampah 12 kilogram dengan 10 ribu larva BSF.
Sehingga bila dihitung secara keseluruhan, dalam 12 hari larva-larva ini bisa memakan 504 kilogram sampah sampah organik.
Kotoran yang dihasilkan larva BSF secara alami akan menjadi pupuk kompos. Proses ini terbilang lebih cepat dibanding teknik pengomposan menggunakan tong komposter yang butuh waktu minimal satu bulan.
Pengembangbiakan Tentara Lalat Hitam
ADVERTISEMENT
Jenis tentara yang satu ini memang spesial. Lalat hitam yang bernama latin Hermatia Illucens ini tidak termasuk lalat pembawa penyakit karena mereka tidak tertarik untuk hinggap di makanan manusia.
Bahkan metode urai sampah menggunakan larva BSF merupakan hasil kerjasama antara Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Forward-Swiss.
Hadi Waskito, Pengawas PDU Jambangan di depan kandang kawin lalat black soldier fly (BSF). Masing-masing lalat betina bisa bertelur mencapai 300-400 telur. Foto : WIndy Goestiana
Daur hidup lalat BSF mirip dengan kupu-kupu sekitar 30 hari. Lalat BSF jantan umumnya mati setelah perkawinan, sedangkan lalat BSF betina akan mati setelah bertelur.
Satu ekor lalat BSF bisa menghasilkan sekitar 300-400 telur. Telur-telur ini membutuhkan waktu sekitar lima hari untuk menetas menjadi larva.
Larva yang berukuran sangat kecil selama 12 hari akan hidup di antara tumpukan sampah daun dan sisa makanan hingga berkembang menjadi larva dewasa dan berubah warna menjadi hitam.
ADVERTISEMENT
Setelah 12 hari terlewati, larva ini akan menjadi pupa atau kepompong, dan selama beberapa hari akan keluar menjadi lalat BSF.
Setelah 12 hari diberi makan sampah organik, larva BSF telah dewasa dan siap untuk menjadi pupa. Sebagian larva dewasa ini akan menjadi pakan ikan yang tinggi protein. Foto : Windy Goestiana
Khusus untuk larva dewasa sebagian bisa digunakan untuk pakan ternak. Dari hasil penelitian di Singapura, BSF ini terdiri dari kurang lebih 35 persen protein, dan sekitar 30 persen lemak.
Protein serangga ini punya kualitas yang tinggi dan menjadi sumber daya makanan bagi para peternak ayam dan ikan.
PDU Jambangan juga mendistribusikan larva BSF yang sudah dewasa ke Taman Flora dan Taman Wonorejo untuk pakan ikan lele dan bebek.
Sedangkan pupuk komposnya dipakai untuk menyuburkan tanaman di taman-taman kota Surabaya.
Bahkan warga Surabaya juga bisa mengambil pupuk kompos secara gratis hanya dengan menunjukkan KTP Surabaya.
ADVERTISEMENT
(Reporter : Windy Goestiana)