Konten Media Partner

Terinspirasi Dwi Sasono, Gerak Samudra Jadi Pemuda Pecinta Wastra Nusantara

6 Desember 2022 14:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 11 Januari 2023 8:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerak Samudra, founder Pemuda Berkain Surabaya. Foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Gerak Samudra, founder Pemuda Berkain Surabaya. Foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD), Gerak Samudra sudah tertarik dengan hal-hal berbau etnik. Tak terkecuali dengan wastra atau kain nusantara.
ADVERTISEMENT
Maka tak heran, jika saat ini ia kerap tampil mengenakan kain nusantara yang dipadukan dengan outfit modern dalam setiap kesempatan.
Apa yang dilakukan Gerak ini bukan tanpa sebab. Selain ia ingin melestarikan kain nusantara, berkain baginya merupakan cara mengekspresikan diri.
"Waktu itu lihat aktor Indonesia Dwi Sasono, dia satu keluarga pakai kain waktu liburan. Mereka mengkombinasikan kain dengan atasan dan sepatu yang modern. Saya lihat kok keren. Hanya saja waktu itu belum banyak yang pakai kain dan saya sendiri itu merasa belum percaya diri pakai kain," kata Gerak pada Basra, Selasa (6/12).
Seiring berjalannya waktu, Gerak mulai membiasakan diri memadukan kain dengan outfit modern dalam kesehariannya.
Gerak Samudra, founder Pemuda Berkain Surabaya. Foto: Amanah Nur Asiah/Basra
Bahkan pada 2019, Gerak juga memperkenalkan kain nusantara di ajang Model United Nations di Kuala Lumpur.
ADVERTISEMENT
"2019 awal, ada kesempatan buat ikut Model United Nation di Kuala Lumpur lumpur. Waktu itu ada culture night. Jadi momennya pas untuk kita pakai baju sesuai daerah kita masing-masing. Di situlah pertama kalinya mulai berkain dengan modern di 2019," jelasnya.
Terkait cara Gerak dalam berkain modern, ia mengaku kerap melihat referensi di media sosial. Pasalnya, dengan banyak referensi memudahkannya dalam mencari inspirasi.
"Awalnya memang bingung, ribet, apalagi kalau kita tidak tahu tekniknya. Kalau sudah tahu caranya, enggak sampai 10 menit gitu jadi. Intinya perbanyak referensi, kita bisa lihat color tone-nya, mix and max atasannya, sepatunya, dan harus percaya diri," ucap Pria kelahiran asli Surabaya ini.
Tak hanya berkain dalam sehari-hari, pria 25 tahun ini juga mengajak para generasi muda di Surabaya untuk melestarikan kain Surabaya lewat komunitas Pemuda Berkain Surabaya.
ADVERTISEMENT
Tak lupa, ia juga berpesan kepada para anak muda untuk tidak pernah malu mempelajari budayanya.
"Karena suatu hari yang meneruskan budaya kita ya kita sendiri. Daripada kita membuang atau meninggalkan budaya itu, kita bawa aja budaya itu ke gaya hidup kita," pungkasnya.