Sekolah Dasar di Surabaya Hanya Punya 3 Siswa Kelas 6

Konten Media Partner
15 April 2019 13:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dari kiri-kanan : Uswatun Hasanah (siswi kelas 6) Sri Wahyu Maikaningrum (Kepala Sekolah SD Diponegoro), dan Nurul Imamah. Foto : Windy Goestiana
zoom-in-whitePerbesar
Dari kiri-kanan : Uswatun Hasanah (siswi kelas 6) Sri Wahyu Maikaningrum (Kepala Sekolah SD Diponegoro), dan Nurul Imamah. Foto : Windy Goestiana
ADVERTISEMENT
Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) untuk jenjang sekolah dasar (SD) akan dilaksanakan Senin depan (22/4). Basra sempat mengamati persiapan ujian di SD Diponegoro dan SD Al Islamiyah Surabaya yang hanya memiliki segelintir siswa sebagai peserta ujian.
ADVERTISEMENT
Siswa kelas 6 di SD Diponegoro ada 3 orang, sedangkan di SD Al Islamiyah ada 6 orang. Secara terpisah, dua kepala sekolah di SD tersebut menyatakan jumlah siswa mereka paling sedikit di kecamatan setempat.
Menurut Sri Wahyu Maikaningrum, S.T, Kepala Sekolah SD Diponegoro, jumlah siswa mereka memang paling sedikit se-kecamatan Tambak Sari. Hal ini dikarenakan banyak orang tua siswa yang satu per satu meninggalkan Surabaya untuk kembali ke kampungnya.
''Awalnya ada 14 siswa. Tapi satu per satu pindah ikut orang tua. Ada yang pulang ke Madura, ada yang masuk pondok, jadi sekarang kelas 6 tinggal 3 siswa perempuan semua,'' kata Yayuk, sapaan Sri Wahyu Maikaningrum pada Basra (15/4).
Ketiga siswi tersebut adalah Atasya Maudy Zarapova, Nurul Imamah, dan Uswatun Hasanah. Saat ditanya soal kesiapan para siswa jelang ujian, Uswatun dan Nurul menyatakan siap. ''Insyaallah siap, Kak. Bismillah bisa nanti sukses ujiannya,'' kata Uswatun.
ADVERTISEMENT
Meski hanya memiliki 3 siswa, tapi pelaksanaan ujian tetap dilakukan di sekolah mereka sendiri.
Total siswa di SD Diponegoro ada 50 siswa dengan rincian: kelas 1 ada 6 siswa, kelas 2 ada 12 siswa, kelas 3 ada 7 siswa, kelas 4 ada 14, kelas 5 ada 8 siswa, dan kelas 6 ada 3 siswa.
Yayuk bertekad bisa mengajak lebih banyak anak untuk sekolah di tempatnya. Yayuk bahkan memberi iming-iming siswa yang masuk sekolahnya bisa mendapat jatah buah dan susu.
''Rata-rata orang tua murid berasal dari kalangan kurang mampu. Jadi kami bekerja sama dengan lembaga bimbingan belajar supaya mau memberi reward untuk anak-anak yang mendaftar,'' kata Yayuk.
Karena tak memiliki banyak murid, para guru di SD Diponegoro Surabaya mengantongi upah tak sampai Rp 500 ribu per bulan. Bahkan karena jumlah siswanya tak sampai 60 orang, para guru tidak bisa mendapat tambahan dana Jasa Pelayanan (Jaspel) untuk guru swasta dari Dinas Pendidikan kota Surabaya sebesar Rp 1 juta per orang.
ADVERTISEMENT
''Ya, kami ikhlas mau gimana lagi. Semoga di tahun ajaran baru ada tambahan siswa jadi kesejahteraan guru di sini ikut meningkat,'' kata Yayuk.

Tak Punya Ruang Kelas, Siswa Kelas 6 SD Al Islamiyah Belajar Bersama Kelas 5

Ruang kelas 5 dan 6 SD Al Islamiyah yang hanya dipisah sekat papan. Foto : Windy Goestiana
Jelang ujian, umumnya siswa akan 'disterilkan' dari segala bentuk keramaian yang mengganggu ketenangan belajar. Tapi tidak di SD Al Islamiyah di Jalan Ketapang Ardiguno, Ampel, Surabaya.
Siswa kelas 6 di SD tersebut nyatanya harus legowo (tulus hati) berbagi ruang dengan adik kelasnya. Siswa kelas 6 yang berjumlah 6 orang berada di kelas yang sama dengan 19 siswa kelas 5. Ruang kelas tersebut hanya diberi sekat papan.
Suasana kelas 6 SD Al Islamiyah saat berlatih mengerjakan soal ujian tryout bersama. Foto : Windy Goestiana
Saat Basra berkunjung, suara di kelas terdengar riuh. Para guru kelas pun harus mengeluarkan tenaga ekstra agar muridnya tak kehilangan konsentrasi. ''Seperti inilah kondisinya. Siswa kelas 5 digabung dengan kelas 6. Sedangkan kelas 3 berbagi dengan kelas 4. Untuk kelas 1 hanya sampai jam 10 lalu kelasnya bergantian dengan kelas 2,'' kata Nunik Rochmani, S.Pd.I, Kepala Sekolah SD Al Islamiyah Surabaya.
ADVERTISEMENT
Meski kondisi sekolah serba terbatas, tapi perhatian dan kepedulian guru dan kepala sekolah untuk keenam siswa kelas 6 tetap tercurahkan.
''Kami ajak anak-anak salat Dhuha, banyak berdoa, kami ingatkan supaya mereka jaga kondisi badan, kami terus latih mereka mengerjakan soal, kami bahas penyelesaiannya, dan langsung kami umumkan hasilnya. Jadi anak-anak bisa mengukur kemampuannya makin bertambah atau jalan di tempat,'' kata Titin Rosyidah, S.Pd.I, guru kelas 6 SD Al Islamiyah Surabaya.
Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) untuk jenjang SD dan sederajat tahun pelajaran 2018/2019 akan dilaksanakan mulai 22-24 April 2019. Sedangkan untuk jadwal ujian susulan bagi siswa yang berhalangan hadir, akan dilaksanakan mulai tanggal 26-30 April 2019. Mulai 2018, Kemendikbud RI mengganti istilah UN menjadi USBN untuk ujian akhir di SD dan sederajat.
ADVERTISEMENT
Mata pelajaran yang diujikan dalam USBN SD dan sederajat ini meliputi Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ujian dimulai pukul 08.00 sampai 10.00 (120 menit) dengan jumlah butir soal sebagai berikut: Bahasa Indonesia sebanyak 40 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian, Matematika 30 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian, serta IPA 35 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. (Reporter: Windy Goestiana)