The Duke of Edinburgh’s Award, Tiket Masuk ke Universitas Terkemuka Dunia

Konten Media Partner
12 Februari 2020 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Singapore National Academy (SNA) merupakan Independent Award Centre (IAC) terbesar di Indonesia yang menyelenggarakan Penghargaan International The Duke of Edinburgh. Penghargaan International atau yang sering disebut The Duke of Edinburgh’s Award (DofE) ini pertama kali digagas oleh Pangeran Phillip dari kerajaan Inggris sekitar 60 tahun yang lalu, dan telah diselenggarakan oleh lebih dari 140 negara di dunia.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, program ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 1993 dan telah diikuti lebih dari 10.000 anak muda Indonesia melalui beberapa sekolah dan Non Governmnet Organization (NGO).
Program Penghargaan International ini cukup diminati oleh anak-anak muda global usial 14-24 tahun karena memberikan manfaat pendidikan dan pengalaman di luar kelas formal serta mendapatkan sertifikat langsung dari DofE Foundation di United Kingdom. Penghargaan yang diakui secara international ini disebut-sebut sebagai tiket masuk calon mahasiswa ke universitas-universitas terkemuka di dunia dan mampu memberikan nilai plus bagi para pencari kerja di perusahaan internasional.
Ada 3 peringkat Penghargaan yang bisa diraih peserta, yakni Perunggu (mulai usia 14 tahun), Perak (mulai usia 15 tahun), dan emas (mulai usia 16 tahun). Setiap peringkat harus menyelesaikan 4 macam kegiatan, yaitu pelayanan/volunteer, rekreasi fisik, keterampilan, dan petualangan dalam kurun waktu minimal 6 bulan. Khusus untuk peringkat emas, peserta harus menyelesaikan satu kegiatan lagi yang disebut Proyek Residensil dan kesemuanya harus dijalankan dalam waktu minimal 18 bulan.
Secara global, DofE diselenggarakan oleh National Award Authorities setingkat nasional dan Independent Award Centre (IAC). Singapore National Academy sebagai bagian dari sekolah Cambridge merupakan IAC yang menyelenggarakaan Penghargaan International The Duke of Edinburgh secara independen di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Stuart Ellis, Dean of High School SNA, mengemukakan bahwa program ini juga membantu sekolah dalam mendapatkan guru yang berkualitas, karena dipandang sebagai hal yang memperkaya pengalaman kerja mereka serta menawarkan pelatihan yang berharga.
"Orang tua murid juga mengakui manfaat dari keikutsertaan anak mereka dalam program ini, serta bagaimana pengalaman ini mendukung pengembangan akademik serta kepribadian mereka," ujarnya kepada Basra, Rabu (12/2).
Sekitar 100 siswa Singapore National Academy, kata dia, telah mengambil bagian dalam program Penghargaan ini, dimana peringkat Perunggu, baru diperkenalkan pada siswa kelas 9, ketika mereka memulai jenjang Cambridge IGCSE.
Kemudian para siswa maju ke peringkat Perak saat di kelas 10 dan peringkat Emas di kelas 11 dan 12. Perlu diketahui bahwa hanya sekitar sepertiga peserta di seluruh dunia yang berhasil mencapai peringkat Emas ini.
ADVERTISEMENT
"Kami menawarkan program holistik yang berfokus pada pengembangan karakter siswa seperti kolaborasi, empati, membangun kemandirian serta peluang. Kami percaya bahwa program Penghargaan ini menawarkan peluang besar bagi para siswa untuk membangun kualitas tersebut," jelasnya.
Dan Joelynn Josephine Tamrin, siswa kelas 11 SNA merupakan salah satu siswa yang telah berhasil mencapai peringkat Emas. Awalnya ia memutuskan untuk mengikuti program Penghargaan ini untuk sekedar melatih kesehatan fisiknya, namun kemudian ia menemukan manfaat yang lebih luas terutama pada kegiatan volunteer yang mendorong kaum muda untuk menyumbangkan waktu mereka.
Sebagai bagian dari Penghargaan Emasnya, saat ini Joelynn aktif di kegiatan Indonation Building, sebuah organisasi yang memberdayaka siswa-siswi sekolah menengah untuk memberikan kontribusi positif kepada komunitas sekitar.
ADVERTISEMENT
"Program Penghargaan ini mendorong saya untuk lebih terlibat dalam komunitas sekitar saya dimana saya bisa mengembangkan kemampuan memimpin saya serta kerjasama tim. Meskipun program yang saya ikuti tidak terkait langsung dengan studi saya, saya bisa belajar lebih dewasa dan percaya diri dalam berinteraksi dengan orang-orang baru," tukas Joelynn.
Dalam program Penghargaan International ini Joelynn telah mengikuti beberapa kegiatan volunteer. Salah satunya mengunjungi sekolah di daerah terpencil serta mengajar anak-anak yang kurang beruntung.
"Disini saya tidak hanya mengalami bagaimana rasanya memiliki sumber daya yang terbatas dan lingkungan belajar yang kurang nyaman, tetapi saya juga belajar untuk lebih bersyukur atas apa yang sudah saya miliki," pungkasnya.