'Token Reinforcement', Strategi Mengendalikan Anak yang Sulit Tertib

Konten Media Partner
25 September 2019 7:10 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eka Erawati bersama Meita Anggraeni dan Jihan Naila Maharani.
zoom-in-whitePerbesar
Eka Erawati bersama Meita Anggraeni dan Jihan Naila Maharani.
ADVERTISEMENT
Kehadiran siswa yang tidak bisa diam dan cenderung jahil di kelas, seringkali mengganggu kegiatan belajar mengajar. Kalau suasana mulai tak kondusif, tidak jarang siswa tersebut diberi beberapa hukuman seperti berdiri di depan kelas atau mengerjakan tugas lain di luar kelas. Apakah sanksi seperti ini cukup efektif? Sayangnya tidak.
ADVERTISEMENT
Melihat situasi yang jamak terjadi ini Eka Erawati, guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 55 Surabaya mencoba menerapkan 'Token Reinforcement' di sekolahnya.
"Jadi anak-anak yang berperilaku out of seat atau tidak tertib di kelas itu diberi challenge. Kalau mereka bisa fokus mengikuti pelajaran dan mereka juga bisa mengendalikan keinginannya untuk tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar, maka dia akan dapat token berupa stiker bintang dari guru mata pelajaran tersebut," kata Eka pada Basra, Selasa (24/9).
Semakin banyak token yang terkumpul, artinya semakin baik perilaku anak tersebut di dalam kelas. Sebagai reward, token yang telah terkumpul bisa ditukar hadiah.
Untuk menguji Token Reinforcement di sekolahnya, Eka dibantu dua siswanya, Meita Anggraeni dan Jihan Naila Maharani untuk menerapkan metode ini di kelas. "Nanti yang memberikan hadiah adalah temannya. Ini sebagai bentuk apresiasi kalau temannya juga berterima kasih dia sudah tertib di kelas," kata Eka yang juga lulusan S2 Psikologi Univeritas Airlangga Surabaya.
Apakah cara ini efektif?
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah ada penurunan perilaku out of seat pada anak tersebut. Sebelum diberi token, frekuensi tidak tertib anak tersebut sekitar 39 kali dalam satu minggu. Setelah diberi token minggu berikutnya jadi 16 kali dalam seminggu. Ada juga anak lain yang sebelum diberi token berbuat tidak tertib sebanyak 27 kali dalam seminggu, setelah diberi token jadi hanya 8 kali seminggu," kata Eka yang pernah menjadi Juara 2 Guru Berprestasi tingkat Kota Surabaya 2018.
Eka berharap, metode 'Token Reinforcement' bisa diadopsi di banyak sekolah juga di skala keluarga. Dibanding memberikan sanksi, apresiasi orang tua pada perubahan perilaku anak ternyata lebih menjaga harga diri dan kepercayaan dirinya. Dengan begitu, anak bisa bersikap lebih positif dalam jangka panjang. (Reporter : Windy Goestiana)
ADVERTISEMENT