Konten Media Partner

Tradisi Silaturahmi Alami Pergeseran Makna

6 Mei 2022 11:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Saat momen Hari raya Idul Fitri atau Lebaran, biasanya dimanfaatkan masyarakat sebagai ajang kumpul keluarga. Bahkan sebagian besar orang rela menempuh jarak jauh (mudik) ke kampung halaman agar bisa merasakan lebaran bersama keluarga.
ADVERTISEMENT
Menurut Pakar budaya Universitas Airlangga (Unair) Puji Karyanto SS MHum, tradisi lebaran tidak hanya sebagai ajang berkumpul dengan keluarga besar, namun juga untuk mengenal lebih dekat semua kerabat.
Selain untuk melepas rasa rindu pada keluarga, momen Lebaran juga dimanfaatkan untuk bersilaturahmi. Ia menilai tradisi lebaran sebagai tradisi khas Nusantara, dan ajang kumpul keluarga yang sangat bagus.
“Kita tahu salah satu konsep kekerabatan yang ada di Nusantara itu kan, rasa guyub, dan halalbihalal itu sebenarnya merupakan ekspresi rasa keguyuban antar kerabat yang bertemu saat momentum lebaran,” ucapnya, Kamis (5/5).
Puji juga mengungkapkan, tradisi lebaran yang identik dengan silaturahmi telah mengalami pergeseran makna. Awalnya, momen lebaran dimanfaatkan untuk berkumpul dengan keluarga, mengunjungi kerabat, dan untuk mengenal sanak saudara.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, hal itu memiliki banyak makna, seperti untuk menghindari perkawinan antar kerabat yang masih terlalu dekat.
“Sebenarnya kan unjung-unjung itu bukan sekadar saling sapa tetapi juga kalau orang Jawa mengatakan ngambah bature,” ungkapnya.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) ini menuturkan, tradisi silaturahmi atau unjung-unjung yang tadinya sebagai tradisi keluarga telah diperluas dan diadopsi oleh instansi, baik pemerintah atau swasta dengan konsep halalbihalal.
Bahkan hal ini cenderung dimaknai dengan berkumpulnya banyak orang di sebuah tempat untuk saling bermaaf-maafan.
“Jangan-jangan itu akan berhenti di salam-salaman saja tapi sebenarnya siapa yang salaman juga tidak kenal, karena sangat berbeda jika berkunjung ke rumah, silaturahmi, dengan keluarga terbatas,” tuturnya.
Untuk itu, agar momen lebaran lebih intens sebaiknya tidak membuat acara keluarga yang terlalu besar. Hal itu lantaran silaturahmi saat momen lebaran tidak hanya untuk bersalaman tetapi juga berkomunikasi dan membangun hubungan baik antar keluarga.
ADVERTISEMENT
“Jadi kalau terlalu besar situasinya, terlalu banyak mereka-mereka yang harus bertemu, ya itu yang terjadi pasti semiotika nama, semiotika wajah orang yang bersalaman sudah tidak tahu,” pungkasnya.