Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Transmisi Lokal Jadi Penyebab Keganasan Mutasi COVID-19 di Surabaya
3 Oktober 2020 14:25 WIB

ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari https://covid19.go.id/peta-sebaran per Sabtu (3/10), DKI Jakarta menduduki posisi pertama dengan jumlah kasus COVID-19 sebanyak 76.187 kasus, sementara di posisi kedua ditempati oleh Provinsi Jawa Timur dengan 44.341 kasus.
ADVERTISEMENT
Dari data tersebut, terdapat sebuah asumsi jika virus corona yang menyebar di DKI Jakarta berbeda dengan Jawa Timur khususnya Surabaya.
Lantas bagaimana kebenarannya?
Dr Christrijogo Sumartono W, dr SpAn KAR, KIC mengatakan, pada awal mulanya semua virus sama. Hanya saja masyarakat perlu waspada lantaran virus tidak mempunyai inti sel sehingga mudah untuk bermutasi.
"Yang perlu diwaspadai virus tidak punya inti sel, jadi gampang bermutasi, berubah bentuk, dan lain-lain. Pada pasien yang sudah kena, dia (virus) bisa hidup senang, ketika akan pindah ke yang lain dia akan bermutasi dalam bentuk yang lain," ucap Dr Christrijogo kerika dihubungi Basra, Sabtu (30/10).
Hasil mutasi virus inilah yang mengakibatkan susahnya mencari titik temu penyebaran virus guna memutus mata rantai tersebut.
ADVERTISEMENT
Staff medis dari Departemen Anestesi yang bertugas di ruang khusus infeksi RSUD dr. Soetomo Surabaya ini menjelaskan, di Surabaya para peneliti Universitas Airlangga (Unair) telah menemukan enam genom dari sampel orang yang positif COVID-19.
Keenam genom tersebut diantaranya, dua genom keturunan dari Wuhan, Cina, sementara empat genom lainnya berasal dari transmisi lokal.
"Jadi kalau kita bicara yang dari Jakarta. Di Jakarta ini kan temuan dari Wuhan. Untuk tingkat keganasannya ya dari kita sendiri (transmisi lokal)," jelasnya.
Untuk itu, Dr Christrijogo tetap mengimbau kepada masyarakat agar waspada dengan cara membersihkan diri.
"Masyarakat harus paranoid, sesama orang harus paranoid agar virusnya tidak kemana-mana. Beberapa terakhir di Surabaya juga sudah sepi, masyarakatnya mulai patuh. Coba waktu PSBB semua patuh, kasus ini akan cepat teratasi. Karena tidak ada tempat untuk ditempelin oleh virus. Kalau inangnya ketemu, virus ini akan mati dengan sendirinya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT