Trik Bermain Bersama Anak Penyandang Autis

Konten Media Partner
29 April 2019 6:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto : Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Bermain jadi kegiatan yang paling menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh anak. Begitu juga untuk anak-anak spesial yang memiliki hambatan dan bersosialisasi dan berinteraksi atau anak berkebutuhan khusus (ABK). Bedanya, anak-anak spesial ini tidak bisa serta merta meniru cara bermain teman sebaya mereka yang Neuro Typical (baca, normal).
ADVERTISEMENT
Kemampuan meniru menjadi keterampilan yang harus dilatih terutama bila anak-anak spesial tersebut merupakan penyandang autisme. ''Bagi anak-anak Neuro Typical atau anak-anak reguler, bermain mobil-mobilan berarti mobil digerakkan untuk maju dan mundur. Namun tidak demikian dengan anak-anak penyandang autisme. Saat bermain mobil-mobilan, anak-anak autisme akan membariskan mobil-mobil tersebut dan memandanginya. Mereka tidak mengerakkan mobil untuk maju ataupun mundur," jelas Rosita Simin, Ketua Forkasi Chapter Surabaya (28/4).
Foto : Masruroh/Basra
Berawal dari pengalaman tersebut, Forum Komunikasi Orang Tua anak Spesial Indonesia (Forkasi) Chapter Surabaya mengadakan acara bermain “Playdate with Special Needs”.
Pada acara ini anak-anak spesial didampingi dan dipandu untuk bermain dengan sebagaimana mestinya melalui aktivitas lomba playdough, mewarnai, dan fashion show. "Menurut penelitian, bermain merupakan salah satu terapi agar anak dapat mengembangkan kemampuan sosial dan interaksi," imbuhnya.
Foto : Masruroh/Basra
Dalam acara “Playdate with Special Needs” ini anak-anak spesial didampingi oleh orang tua, guru, saudara kandung ataupun caregiver yang Neuro Typical. Anak-anak spesial juga diajarkan kemampuan abstrak yang meliputi kemampuan untuk menerima kekalahan dan meraih kemenangan.
ADVERTISEMENT
"Tujuan penting lainnya, kami ingin meningkatkan rasa empati terhadap anak-anak spesial, karena anak-anak spesial tidak membutuhkan belas kasihan. Namun membutuhkan kesempatan agar dapat berkembang secara optimal, serta mendorong masyarakat untuk menciptakan lingkungan inklusif sehari-hari, karena inklusif itu tidak hanya dalam bidang pendidikan," paparnya lagi.
Dengan lingkungan yang inklusif, kata Rosita, berarti kita semua bisa menerima kelebihan dan kekurangan, karena kita semua sama. Sama-sama makhluk ciptaan Allah SWT Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada istilah produk gagal, karena semua manusia sama sempurnanya. (Reporter : Masruroh / Editor : Windy Goestiana)