Konten Media Partner

Tulis 1.000 Al Fatihah Braille, Tunanetra di Surabaya Raih Rekor MURI

9 Desember 2024 7:39 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Heri Cahyono. Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Heri Cahyono. Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Keterbatasan penglihatan yang dimiliki Heri Cahyono tak menjadikan penghalang baginya untuk berkarya. Bersama Pemimpin Yayasan Urunan Kebaikan Surabaya Gusti M Hamdan Firmanta, Heri menjadi inisiator penulisan Al Fatihah braille secara manual terbanyak di Indonesia. Hasilnya, Heri bersama puluhan tunanetra di Surabaya dan Sidoarjo meraih penghargaan rekor MURI.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah, ini yang pertama untuk penulisan surat Al Fatihah braille secara manual terbanyak di Indonesia," ujar penyandang tunanetra ini saat ditemui Basra disela kegiatan 'Festival Tunanetra Mengaji' yang digelar akhir pekan kemarin.
Heri menjelaskan, ada sekitar 30 tunanetra yang terlibat dalam penulisan surat Al Fatihah braille itu. Penulisan itu dilakukan disela kegiatan mengaji bersama yang digelar di bulan Oktober hingga November itu.
Heri melanjutkan, dalam kurun waktu satu bulan itu dirinya bersama puluhan tuna netra lainnya mampu menghasilkan 1.000 surat Al Fatihah braille yang ditulis secara manual.
"Kita kan ada kegiatan mengaji bersama. Nah dalam satu bulan kemarin kita juga nulis surat Al Fatihah braille. Sebulan itu kita bisa bikin seribu tulisan surat Al Fatihah," terang pria yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang pijat ini.
Pemimpin Yayasan Urunan Kebaikan Surabaya Gusti M Hamdan Firmanta (kiri).
Selain sebagai inisiator penulisan surat Al Fatihah braille, Heri juga yang menggerakkan sejumlah rekan-rekannya sesama penyandang tunanetra muslim untuk mengaji bersama.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah dibantu mas Gusti (Pemimpin Yayasan Urunan Kebaikan Surabaya) kami difasilitasi untuk mengaji bersama," tukas Heri.
Heri berharap dengan adanya penghargaan MURI ini bisa kian memotivasi rekan-rekan tunanetra untuk lebih giat lagi mengaji.
"Kita memang tidak bisa melihat dunia, tapi jangan jadikan itu alasan untuk kita tidak mau atau malah malas-malasan mengaji. Ayo kita lebih semangat lagi mengajinya," tegasnya.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Gusti menjelaskan, menulis braille tidak semudah yang dibayangkan. Sebagian besar tunanetra mengalami kesulitan. Meski begitu, pembelajaran penulisan huruf braille terus digalakkan dengan baik dan penuh kesabaran.
"Mereka diajak dan didorong menulis Al Fatihah braille sebanyak 1.000 lembar untuk kemudian didaftarkan ke Rekor MURI," tutur Gusti.
ADVERTISEMENT
Tim korektor lantas melakukan koreksi secara terperinci pada setiap lembar tulisan yang dihasilkan. Sehingga tidak ada satu pun huruf yang keliru, mengingat tulisan tersebut merupakan ayat suci Al Quran.