Konten Media Partner

UNICEF Sebut Kaum Perempuan Terancam Kehilangan Pekerjaan di Era Digital

22 Agustus 2024 15:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tubagus Arie Rukmantara, Kepala UNICEF Jawa-Bali (batik coklat). Foto: Masruroh/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Tubagus Arie Rukmantara, Kepala UNICEF Jawa-Bali (batik coklat). Foto: Masruroh/Basra
ADVERTISEMENT
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) kaum perempuan 20% lebih tinggi kehilangan pekerjaan dengan adanya transformasi digital, dibanding kaum lelaki jika partisipasi perempuan di dunia Science, Technology, Engineering and Mathematic (STEM) tidak didorong.
ADVERTISEMENT
"Oleh sebab itu kita juga harus membekali kaum remaja perempuan kita dengan keterampilan digital dan STEM," ujar Tubagus Arie Rukmantara, Kepala UNICEF Jawa-Bali, saat ditemui Basra disela acara Demoday Program Digital Skill, Kamis (22/8).
Pria yang kerap disapa Arie ini melanjutkan, Unicef saat ini bekerja sama dengan Pemerintah Jawa Timur khususnya Dinas Pendidikan Jawa Timur untuk peningkatan Pendidikan abad 21 dan Pendidikan digital bagi siswa double track. Salah satu wujud kerja sama tersebut adalah adanya Program Digital Skill.
Digital Skills merupakan program yang diprakarsai ITS bersama UNICEF dan Dinas Pendidikan Jawa Timur untuk melatih siswa-siswi SMA se-Jawa Timur agar memiliki kemampuan digital memadai. Program ini juga menyasar pada remaja perempuan.
ADVERTISEMENT
“Kami juga harus membekali kaum remaja perempuan dengan keterampilan digital dan Science, Technology, Engineering and Mathematic (STEM) agar tetap kompetitif, bersaing di masa depan,” ujar Arie.
Para siswa-siswi peserta Program Digital Skill saling bersinergi untuk menciptakan produk digital terbaik yang dipamerkan dalam pagelaran Demoday.
Tidak hanya dipresentasikan, produk digital ini benar-benar akan diwujudkan sebagai karya mereka selama mengikuti Program Digital Skills.
“Kami berkomitmen bekerja sama dengan pemerintah Jawa Timur dalam menyediakan konten pembelajaran abad-21, meningkatkan kapasitas guru, dan mempersempit kesenjangan gender pada keterampilan STEM,” tutup Arie.