Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Wabah PMK pada Ternak Merebak di Jawa Timur, Pakar Ungkap Penyebabnya
6 Januari 2025 7:06 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak merebak di Jawa Timur. Berdasarkan data yang dirilis Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, tercatat ada 6.072 kasus PMK. Jumlah tersebut merupakan yang dilaporkan dalam kurun waktu dua bulan terakhir, yakni November-Desember 2024.
ADVERTISEMENT
Nur Hidayatullah Romadhon Dosen Pendidikan Biologi UM Surabaya menjelaskan, penyakit PMK disebabkan oleh virus RNA dari kelompok Picornaviridae yang sangat menular dan menyerang hewan berkuku genap seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba.
“Gejala yang sering muncul meliputi demam tinggi, lepuh pada mulut dan kaki yang menyebabkan hewan sulit makan dan berjalan, serta penurunan produksi susu pada hewan perah,” ujar pria yang kerap disapa Dayat ini, dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Senin (6/1).
Kata Dayat, lonjakan kasus PMK di Jawa Timur pada awal Desember 2024 dipicu oleh faktor pancaroba. Menurutnya seperti pada pengalaman sebelumnya, wabah PMK pada tahun 2022, menunjukkan bahwa penyakit ini sangat cepat menyebar ke berbagai daerah, termasuk Jawa Timur, dan salah satu penyebabnya adalah kesalahan dalam antisipasi wabah oleh peternak.
ADVERTISEMENT
“Pertama, para peternak sering mengabaikan pentingnya biosekuriti. Proses disinfeksi kandang, peralatan, dan kendaraan pengangkut hewan ternak jarang dilakukan, sehingga virus dengan mudah menyebar,” katanya.
Kedua, kata Dayat hewan yang sakit sering kali tidak dilaporkan kepada Dinas Peternakan karena kekhawatiran kehilangan penghasilan atau kurangnya pemahaman tentang pentingnya pelaporan dini.
Ketiga, lalu lintas ternak yang tidak diawasi dengan baik turut mempercepat penyebaran virus antar daerah.
Lebih lanjut, kata Dayat vaksinasi hewan ternak masih belum menjadi prioritas banyak peternak, baik karena keterbatasan biaya maupun kurangnya informasi tentang pentingnya vaksinasi rutin. Nutrisi yang buruk juga menjadi salah satu faktor, karena hewan dengan daya tahan tubuh yang rendah lebih rentan terhadap infeksi.
“Minimnya edukasi tentang PMK menyebabkan peternak tidak dapat mendeteksi gejala awal atau mengambil langkah pencegahan yang tepat, sehingga wabah ini sulit dikendalikan,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Akibatnya kesalahan-kesalahan ini berdampak besar pada sektor peternakan, baik dari segi kerugian ekonomi maupun dampak jangka panjang terhadap produksi ternak. Sehingga diperlukan edukasi yang lebih intensif, pengawasan ketat, serta kerja sama yang erat antara pemerintah, peneliti, dan peternak. Artinya, penelitian lebih lanjut tentang vaksin yang lebih efektif dan metode pengendalian yang efisien juga sangat penting.
Dayat menegaskan, langkah-langkah seperti vaksinasi massal, peningkatan biosekuriti, serta edukasi dan pendampingan bagi peternak harus menjadi prioritas utama dalam mengatasi wabah ini.
“Kolaborasi yang baik antara semua pihak diharapkan mampu mencegah penyebaran PMK di masa depan dan melindungi sektor peternakan yang sangat penting bagi perekonomian daerah,” pungkasnya.