Konten Media Partner

Warga Kalilom Surabaya Alami Keracunan Massal, Ahli Gizi Ungkap Hal Ini

2 Juli 2023 11:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi warga Kalilom Lor Indah Gg. Seruni II Tanah Kali Kedinding, Surabaya, usai mengalami keracunan massal.
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi warga Kalilom Lor Indah Gg. Seruni II Tanah Kali Kedinding, Surabaya, usai mengalami keracunan massal.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini warga Surabaya dihebohkan dengan kabar keracunan massal yang dialami oleh puluhan warga Kalilom Lor Indah Seruni II, Kali Kedinding, Kenjeran.
ADVERTISEMENT
Sekitar 71 warga tersebut mengalami gejala mual, muntah, pusing hingga diare usai menyantap beragam olahan daging kurban saat acara syukuran kampung.
Bahkan, salah satu warga yang mengalami gejala keracunan, menduga keracunan massal itu terjadi karena daging kambing dan daging sapi kurban dimasak secara bersamaan.
Menanggapi hal itu, Ahli Gizi Unair Prof Annis Catur Adi MSi, mengatakan, daging sapi dan kambing yang dimasak bersamaan tidak berpotensi menimbulkan keracunan saat dikonsumsi. Pasalnya komposisi daging sapi dan kambing relatif sama.
"Yang jelas berbeda adalah kandungan lemak dan aromanya. Tapi komposisinya sama," kata Prof Annis, Minggu (2/6).
Ia menduga, penyebab dari keracunan massal tersebut adalah kondisi daging yang sudah dalam keadaan rusak.
"Mungkin yang menyebabkan bukan karena komposisi, tapi karena di antara salah satu itu dagingnya sudah agak rusak," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Prof Annis menjelaskan, jika daging berprotein tinggi seperti daging sapi dan kambing memiliki sifat mudah busuk.
Menurutnya, daging sapi dan kambing yang dibiarkan selama 6 jam dari waktu menyembelih, tanpa ada pengolahan bisa mengalami pembusukan.
"Apalagi kalo penanganannya tidak higienis, itu akan mempercepat pembusukan protein dan membuat bakteri tumbuh. Cirinya baunya tidak sedap," ungkapnya.
Untuk itu, ia juga menyarankan, agar dua jam setelah hewan kurban disembelih, daging harus segera disalurkan seperti standar yang diberlakukan di Rumah Potong Hewan (RPH).
Prof Annis juga berpesan, agar masyarakat tidak memasak daging sapi dan kambing secara bersamaan.
"Sebaiknya masaknya juga tidak dicampur, karena kualitas daging yang berbeda. Mungkin daging satunya lebih baik dan satunya kurang baik, kalau dicampur jadi timbulnya keracunan, karena mikroba biasa hidup di pangan hewani atau protein," pesannya.
ADVERTISEMENT