Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Bojonegoro Darurat Gantung Diri?
18 Februari 2018 16:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Oleh: Imam Nurcahyo
Bojonegoro - Gantung diri, sepertinya menjadi masalah sosial yang sangat serius di wilayah Kabupaten Bojonegoro. Gantung diri atau bunuh diri, seakan menjadi pilihan terakhir guna menyelesaikan masalah, bagi sebagian warga yang kemungkinan tidak mampu menyelesaikan masalahnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang dihimpun media ini, selama bulan Januari - Februari 2018, tercatat sudah terjadi lima kasus gantung diri. Yang lebih mencengangkan, sepanjang tahun 2017, di wilayah Kabupaten Bojonegoro terjadi 30 kasus gantung diri, satu kasus bunuh diri dengan meminum racun serangga, satu kasus bunuh diri dengan menceburkan diri ke sungai Bengawan Solo dan satu kasus bunuh diri, namun korbannya warga Kota Surabaya, dengan cara menabrakkan diri ke Kereta Api.
Selain itu, masih terdapat satu kasus percobaan bunuh diri dengan menceburkan diri ke sumur, namun nyawa korban masih dapat diselamatkan.
Selama tahun 2018 atau hingga Minggu (18/02/2018), di Kabupaten Bojonegoro telah terjadi lima kasus gantung diri, atau juka dirata-rata, setiap 10 hari terjadi satu kasus gantung diri.
ADVERTISEMENT
Yaitu, pada bulan Januari terjadi tiga kasus, terjadi pada tanggal 11/01/2018 di Kecamatan Kalitidu, tanggal 14/01/2018 di Kecamatan Padangan, dan tanggal 20/01/2018 di Kecamatan Ngraho. Sedangkan pada bulan Februari, kasus bunuh diri terjadi pada tanggal 16/02/2018 di Kecamatan Sukosewu, dan hari ini tanggal 18/02/2018, di Kecamatan Bubulan.
Sementara, selama tahun 2017, 30 kasus gantung diri, atau setiap 12,17 hari, terjadi satu kasus gantung diri.
Adapun kasus gantung diri tersebut terjadi di Kecamatan Tambakrejo sebanyak lima kasus; Kecamatan Bubulan dan Sugihwaras, masing-masing sebanyak tiga kasus; Kecamatan Ngasem, Ngambon, Padangan, Sumberrejo, Dander dan Kedungadem, masing-masing dua kasus dan di Kecamatan Kasiman, Kapas, Temayang, Margomulyo, Ngraho, Kalitidu dan Malo, masing-masing terjadi satu kasus gantung diri.
ADVERTISEMENT
Selain kasus gantung diri, terdapat satu kasus bunuh diri dengan meminum racun serangga, yang terjadi di Kecamatan Sukosewu, dan satu kasus bunuh diri dengan menceburkan diri ke sungai Bengawan Solo terjadi di Kecamatan Ngraho, serta satu kasus bunuh diri, dengan korbannya warga Kota Surabaya, dengan cara menabrakkan diri ke Kereta Api di jalur Kereta Api turut Wilayah Kecamatan Kalitidu.
Dan terdapat satu kasus percobaan bunuh diri dengan menceburkan diri ke sumur, namun nyawa korban masih dapat diselamatkan, terjadi di Kecamatan Trucuk.
Kepala Dinas Sosial kabupaten Bojonegoro, Helmy Elisabeth SP, ketika dihubungi awak media ini melalui sambungan telepon seluler pada Minggu (18/02/2018) siang mengungkapkan, bahwa pihaknya juga baru mengetahui angka pasti kasus gantung diri yang terjadi selama tahun 2017 dan 2018, dari awak media ini, mengingat dirinya baru menjabat beberapa bulan di dinas yang dipimpinnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Helmy menjelaskan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan berbagai pihak guna menekan angka bunuh diri yang belakangan ini sering terjadi di wilayah Kabupaten Bojonegoro.
“Kasus bunuh diri ini tentunya tanggung-jawab kita bersama, bagaimana upaya kita, baik pemerintah, tokoh masyarakat, pemuka agama dan utamanya lagi dari lingkup keluarga, untuk mencegah agar kasus bunuh diri tidak terjadi,” ungkap Helmy.
Dari pengamatan awak media ini, sejumlah kasus gantung diri dan atau bunuh diri yang terjadi di wilayah Kabupaten Bojonegoro, sebagian besar karena korban putus asa penyakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh, karena masalah ekonomi, karena permasalahan sosial lainnya dan ada juga karena permasalahan keluarga serta masalah asmara. (*/imm)