Perbedaan Prinsip Dita Pelaku Bom Jauhkan Puji dengan Keluarga Besar

Konten Media Partner
14 Mei 2018 13:30 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah pelaku bom gereja surabaya (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah pelaku bom gereja surabaya (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Banyuwangi (beritajatim.com)--Kondisi rumah keluarga pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Kota Surabaya yang berada di Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi nampak lengang. Di rumah dua lantai ini terlihat tampak tidak aktivitas apapun.
ADVERTISEMENT
Penghuni rumah yakni Haji Kusni dan Minarti Isfain tak terlihat. Menurut informasi, mereka tampak syok lantaran mendengar anaknya terlibat dalam peristiwa pengeboman tiga gereja di Surabaya.
"Mohon maaf, Pak Haji Kusni tidak bisa menemui, karena masih syok dan kondisi kesehatannya menurun. Akhir-akhir ini memang sering sakit, ada penyakit jantung juga," kata Rusiyono, juru bicara keluarga, Selasa (14/5).
Seluruh keluarga, kata Rusiyono, sangat terpukul atas kejadian ini. Mereka tak menyangka, anggota keluarganya terlibat dalam peristiwa sadis itu.
"Keluarga baru tahu tadi malam dari televisi. Tahu persis saat polisi menampilkan foto keluarga Puji Kuswati itu. Saat itu juga, Pak Haji syok berat," ungkapnya.
Pihak keluarga mengakui, jika Puji Kuswati memang terpaut dengan keluarga Haji Kusni. Bahkan, dia merupakan putri kandung ketiga dari empat bersaudara.
ADVERTISEMENT
"Meskipun memang sejak usia 20 bulan dia sudah tidak tinggal serumah dengan keluarga sini. Karena dirawat saudara dari kakak Haji Kusni di Magetan," jelasnya.
Keluarga bomber tiga gereja Surabaya. (Foto: Dok. Polda Jatim)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga bomber tiga gereja Surabaya. (Foto: Dok. Polda Jatim)
Dia memastikan jika Puji Kuswati memang bagian keluarga. Tapi, tidak masuk dalam susunan administrasi kependudukan dalam kartu keluarga itu.
"Dia secara hukum bukan warga sini. Dia tinggal dan menjadi warga di Surabaya," tegasnya sambil menunjukkan Kartu Keluarga bersama Kepala Desa Tembokrejo, Sumarto.
Meski demikian, lanjut Rusiyono, keluarga tak pernah menutup mata untuk selalu memperhatikan keberadaannya. Bahkan, keluarga selalu mendukungnya dari segi ekonomi.
"Sejak menikah dia masih berhubungan dengan orang tua di sini. Meskipun jarang. Bahkan Haji Kusni pernah membelikan mobil sebanyak tiga kali dan ketiganya selalu dijual. Termasuk rumah di Surabaya saat ini itu juga hasil pembelian dari Haji Kusni," ujarnya.
Suasana rumah teroris gereja Surabaya. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana rumah teroris gereja Surabaya. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sejak menikah, perilaku Puji Kuswati berubah total. Dia jadi sosok yang pendiam dan tertutup dengan keluarga.
"Pas mau nikah, orang tua sini nggak setuju karena tahu ada perbedaan prinsip. Terakhir komunikasi itu Januari 2018. Saat itu ke sini waktu ada nikahan saudaranya, gitu aja datang pagi, malamnya langsung pulang," katanya.
Di sisi lain, sebenarnya keluarga besar Haji Kusni memang dari kalangan terpandang. Selain sukses sebagai pemilik rumah jamu tradisional, orang tua Puji Astuti merupakan pensiunan.
"Haji Kusni pensiunan TNI AL dan ibunya itu pensiuan guru. Kalau dibilang, bapaknya NKRI harga mati. Tapi tak menyangka kok bisa begitu," pungkasnya. [rin/air]