Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Mobil yang Digunakan Dita, Bomber 3 Gereja Surabaya, Pemberian Mertua
14 Mei 2018 15:16 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Banyuwangi (beritajatim.com)--Kapolres Banyuwangi AKBP Donny Adityawarman menegaskan, keluarga Puji Kuswati di Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar tak terlibat jaringan teroris meskipun kedua belah pihak masih berhubungan darah.
ADVERTISEMENT
"Mungkin masih ada, karena dia (Puji Kuswati) kelahiran Banyuwangi. Tapi tidak terkait apapun. Karena sudah sejak kecil sudah tinggal di luar Banyuwangi. Bila terkait pasti Densus 88 sudah bergerak ke Banyuwangi. Seperti kasus Cluring 2015," terangnya.
Bahkan, kata Kapolres, dia sudah tidak bersama keluarganya sejak usia baru 20 bulan. Puji kecil diasuh oleh kakak dari ayahnya di Magetan. Dan setelah menikah, dia tinggal di Surabaya.
"Keterangan ketua RT di rumah tinggal yang bersangkutan, tinggal sebagai warga sejak 2012 dan ber-KTP Surabaya," jelasnya.
Merunut dari persoalan ini, kehidupan pelaku bom tersebut sangat kecil bersinggungan dengan keluarga besarnya di Muncar. Apalagi mengenai paham radikal yang berujung dengan adanya terorisme.
"Dia berubah total, menjadi pendiam dan sangat tertutup usai menikah. Tak banyak komunikasi dengan keluarga Haji Kusni (ayahnya)," terang Rusiyono, salah seorang anggota keluarganya di Muncar.
ADVERTISEMENT
Padahal, keluarga telah melapangkan hati untuk untuk menerima sepenuh hati keberadaan Puji Kuswati. Tak pernah terputus tali silaturahmi meski dia tinggal jauh dari tanah kelahirannya.
"Keluarga merasa sakit hati saat dirinya memutuskan menikah dengan suaminya itu. Haji Kusni tak setuju, sejak saat itu tak pernah berhubungan langsung. Sikapnya berubah 100 persen setelah bersama suaminya itu. Padahal, dulu biasa-biasa saja waktu ikut budenya," ujarnya.
Tapi, sikap keluarganya itu mulai luluh kala Puji Kuswati melahirkan putra-putrinya. Dia mulai mendekat, bahkan dengan tangan terbuka keluarga menerimanya.
"Sejak tinggal di Surabaya itu rumahnya dibelikan sama Haji Kusni. Nilainya sekitar Rp 600 juta. Tapi anehnya belakangan ini katanya kok mau dijual. Alasannya rumah itu terkena najis," ujar Riyono.
ADVERTISEMENT
Perhatian keluarga H. Kusni tak berhenti di situ. Menurutnya, dia sempat beberapa kali dibelikan mobil mewah. Bahkan untuk membiayai kebutuhan keluarga juga dari orang tuanya.
"Karena merasa kasihan sama anak-anaknya, Haji Kusni tiga kali membelikan mobil. Tapi tanpa alasan justru mobilnya dijual. Saat itu, Puji mau ke sini minta jemput turun di Kecamatan Srono sudah tidak membawa mobil. Pulangnya suruh bawa mobil Avanza, ya yang dibuat ngebom itu, tapi BPKB-nya tidak dikasih," ujarnya.
Tapi tak menyangka, perhatian dan sumbangsih kasih sayang dari orang tuanya terenggut. Kala dirinya dipastikan menjadi pelaku bom gereja di Surabaya.
"Haji Kusni sangat terpukul, syok banget karena tak menyangka anaknya berperilaku demikian. Terakhir komunikasi itu Januari 2018 saat itu ke sini waktu ada nikahan saudaranya, gitu aja datang pagi, malamnya langsung pulang," katanya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, sebenarnya keluarga besar Haji Kusni memang dari kalangan terpandang. Selain sukses sebagai pemilik rumah jamu tradisional, orang tua Puji Astuti merupakan pensiunan.
"Haji Kusni pensiunan TNI AL dan ibunya itu pensiuan guru. Kalau dibilang, bapaknya NKRI harga mati. Tapi tak menyangka kok bisa begitu," pungkasnya. [rin/air]