Konten Media Partner

Tokoh Masyarakat Sidoarjo Apresiasi Film 22 Menit

20 Juli 2018 9:55 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tokoh Masyarakat Sidoarjo Apresiasi Film 22 Menit
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sidoarjo (beritajatim.com) - Studio XXI Transmart Sidoarjo, Jalan KH Ali Mas'ud Pagerwojo, Buduran, Kamis (19/7/2018) malam, dipenuhi oleh warga dan tokoh masyarakat setempat. Kedatangan mereka mengikuti nonton bareng film berjudul 22 Menit yang digelar Polresta Sidoarjo.
ADVERTISEMENT
Film tersebut mengisahkan kekejaman komplotan teroris yang meledakkan bom di Jl MH Thamrin Jakarta. Kelompok tersebut menebar juga ancaman. Menembaki warga sipil dan polisi yang ada di lokasi. Suasana mencekam. Warga yang tak berdosa banyak yang jadi korban. Namun berkat kerja keras aparat kepolisian, kelompok teroris tersebut akhirnya berhasil dilumpuhkan. Tidak tanggung-tanggung, waktu yang dibutuhkan untuk melumpuhkan kelomopok tersebut hanya 22 menit.
Para penonton memadati kursi yang ada di studio XXI. Nampak hadir Waka Polresta Sidoarjo AKBP Royce Pasma beserta Wabup Sidoarjo H. Nur Ahmad Saifuddin, serta Dandim 0816 Letkol Inf Fadli Mulyono. Selain itu, hadir juga jajaran Forkopimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah).
Kemudian pejabat utama Polresta Sidoarjo, jajaran Polsek dan Koramil se-Sidoarjo, Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta para tokoh masyarakat. Seperti Ketua PCNU dan Ketua MUI Sidoarjo. Tidak ketinggalan, para wartawan yang biasa meliput di Mapolresta Sidoarjo juga dilibatkan dalam nonton bareng film berdurasi 71 menit itu.
ADVERTISEMENT
Semua penonton dibuat terpukau dengan aksi aparat kepolisian. Banyak tanggapan positif dan dukungan terhadap Polri usai semua penonton melihat film produksi Buttonijo yang disutradarai oleh Eugene Panji dan Myrna Paramita itu.
Wabup Sidoarjo H. Nur Ahmad Saifuddin mengapreasiasi kinerja Polri dalam memberantas dan memerangi aksi teror seperti yang dikisahkan dalam film tersebut. Menurut Wabup, apa yang dilakukan kelompok teroris tersebut sangat kejam.
Di tempat umum membawa senjata dan menembak orang-orang yang tak berdosa. "Sungguh kejam apa yang dilakukan oleh pelaku teror. Banyak orang tak berdosa menjadi sasaran tembak demi mencapai keinginan dan keyakinan salah yang mereka anut," ucapnya.
Paham pemikiran dan keyakinan pelaku teror seperti itulah, menurut Wabup, yang harus ditolak oleh semua lapisan masyarakat. Segala kekejaman yang dilakukan diyakini berpahala itu sangatlah salah besar. Dengan adanya kelompok yang mengikuti paham salah itu, menurut Cak Nur, bukan hanya tugas aparat, melainkan tugas semua masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Suatu kemuliaan harus dicapai dengan cara yang bagus bukan menyakiti masyarakat. Jadi masyarakat harus sadar bahwa paham radikal yang menyakiti orang lain adalah sesuatu yang sangat tercela dan itu musuh kita semua, musuh seluruh agama," papar Nur Ahmad.
Dandim 0816 Letkol Inf Fadli Mulyono mengatakankan, dari pemutaran film 22 Menit, bisa dipetik beberapa hikmah yang menjadi pelajaran buat semuanya. Kedepan, bahwa ancaman teror ini tidak pernah mati. Dan cara untuk melawan teror adalah seluruh elemen masyarakat harus terlibat.
Semua masyarakat bahu-membahu bergandengan tangan untuk memberantas dan melawannya. "Misi dalam memerangi teror, kita tidak boleh takut. Tugas memerangi teror tidak hanya aparat kepolisian. Melainkan semuanya, termasuk TNI juga terus aktif memerangi aksi terorisme," kata Fadli.
ADVERTISEMENT
Waka Polresta Sidoarjo AKBP Royce Pasma usai menonton '22 Menit' menjelaskan, film tersebut tak hanya dokumenter yang menggambarkan bagaimana kekejaman teroris terjadi di tempat-tempat umum. Tetapi sekaligus menggambarkan bahwa aparat kepolisian juga siap mengantisipasi adanya teror.
Menyaksikan film 22 Menit, sambung Royce Pasma, masyarakat akan tahu pada rekonstruksi kejadian nyata di Jl Thamrin. Bom Thamrin menggambarkan bahwa teror bisa terjadi di mana-mana dengan sasaran korban siapa saja. Film ini, lanjutnya, adalah bentuk edukasi masyarakat supaya memahami dan antisipasi gerakan teroris.
"Kita yakinkan, bahwa masyarakat yang ada di Sidoarjo tidak takut dan siap untuk melawan teror. Sampai kapanpun teror harus terus dilawa. Jangan takut dengan teror," katanya penuh semangat.
Abu Sufyan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sidoarjo menyatakan, terorisme itu tindakan kejahatan kemanusiaan. Tentu saja, tindakan radikal tersebut tidak ada kaitanya dengan agama. Dalam memerangi teroris, menurut Abu, Polri tidak bisa sendirian. Karena kejahatan yang semacam itu harus dideteksi sejak awal. Maka dari itu peranan masyarakat dan tokoh masyarakat sangat diperlukan.
ADVERTISEMENT
"Mudah-mudahan film ini menjadi pelajaran bagi kita untuk mengedukasi masyarakat supaya tak ada tindakan-tindakan radikal, dan tidak ada tindakan kejahatan kemanusiaan terjadi lagi," harapnya.
Ketua PCNU Sidoarjo H. Mashun mengaku prihatin terhadap terjadinya aksi terorisme yang dikisahkan di film 22 Menit itu. Dalam bentuk apapun, dengan dalih apapun dan dengan alasan apapun, teror tak bisa dibenarkan.
Mashun juga bangga dan salut terutama atas kesiapan aparat kepolisian dalam menghadapi teror. Karena semua kejadian dapat diatasi dan terkondisikan dengan baik. "Hal ini saya nilai memberikan inspirasi kepada masyarakat semuanya dalam kehidupan bernegara," pungkasnya.
Selain penonton dibuat tegang saat detik-detik bom meledak dan pelumpuhan komplotan teroris di akhir episode, para penonton juga terhibur dengan adegan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian bersama isteri dalam film tersebut. Orang nomor satu di jajaran Polri itu mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Jenderal Pol Tito kemudian dihentikan oleh petugas Satlantas untuk ditilang. "Wah repot ya kalau begini," ucap Tito menggerutu saat digiring ke pinggir jalan oleh petugas. Isteri Jenderal Pol Tito yang berada diboncengan belakang, tak menerimakan tindakan tilang yang dilakukan Polantas tersebut. "Jangan ditilang dong, saya itu kenal sama Pak Kapolri," sahut isteri Jenderal Tito dari atas motor yang disambut ger-geran peserta nonton bareng. [isa/suf]