Tyas, Anak Satpam yang Raih Gelar Doktor di UGM

Konten dari Pengguna
19 April 2018 15:40 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Universitas Gadjah Mada tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tyas, Anak Satpam yang Raih Gelar Doktor di UGM
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Mengenakan seragam satpam lengkap dengan sepatu bot kebanggaannya, Teguh Tuparman berjalan tegap menuju gedung Grha Sabha Pramana dengan menggandeng istri serta anak-anaknya. Hari itu adalah hari yang penuh sukacita baginya, karena ia berkesempatan untuk menyaksikan putri sulungnya diwisuda di UGM dengan menyandang gelar doktor.
ADVERTISEMENT
Retnaningtyas Susanti lahir 33 tahun yang lalu, pada tahun yang sama di mana Teguh mulai bekerja di UGM. Ia bergabung dengan satuan keamanan UGM yang kini bernama Pusat Keamanan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (PK4L). Baginya, dua momen penting dalam hidupnya yang terjadi hampir bersamaan ini bukanlah suatu kebetulan.
“Saya percaya ini memang sudah rezeki, semua sudah diatur,” ucapnya yakin.
Senyum tak bisa lepas dari wajah Teguh ketika ia menceritakan perjalanan anaknya hingga berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan yang tertinggi di kampus ternama. Ia masih mengingat saat-saat di mana ia sering membawa Tyas kecil ke tempat kerjanya, dan mengajaknya ikut berpatroli pada akhir pekan. Sembari mengitari fakultas demi fakultas yang ada, terbersit keinginan dalam hatinya untuk suatu hari melihat anaknya bisa berkuliah di salah satu gedung yang setiap hari ia lewati.
ADVERTISEMENT
“Kan saya kerja di tempatnya orang-orang pintar, jadi saya ingin juga anak saya nanti bisa jadi seperti orang-orang ini,” kata Teguh.
Berbekal impian tersebut, Teguh dengan mantap mendukung anaknya yang ingin melanjutkan studi di Prodi Antropologi UGM selepas menyelesaikan pendidikan di SMA, meski bukan hal yang mudah baginya untuk mengumpulkan biaya kuliah di samping memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya dengan gajinya yang terbatas.
“Dulu ya harus korban moril dan materil, hutang sana sini. Tapi saya yakin kalau uang itu digunakan untuk hal yang baik nanti akan ada penggantinya. Dan nyatanya sampai sekarang kami bisa hidup cukup, dan empat anak kami semua kuliah,” tuturnya.
Dukungan penuh dari orang tua dan tekad pribadi membawa Tyas menyelesaikan jenjang S1 dalam waktu yang cukup singkat, 3 tahun 7 bulan. Selepas lulus ia sempat bekerja sebagai peneliti di Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan (PSKK) UGM. Seiring berjalannya waktu, kecintaannya terhadap penelitian yang ia tekuni menumbuhkan impian di dalam dirinya untuk berprofesi sebagai dosen. Dua tahun setelah ia lulus dengan gelar sarjana, ia memutuskan untuk kembali melanjutkan studinya di jenjang S2.
ADVERTISEMENT
“Waktu saya kuliah S1 Bapak dukung penuh. Meski awalnya saya tidak yakin bisa kuliah, Bapak yakinkan bahwa saya bisa kuliah. Tapi waktu saya mau S2 Bapak tidak bisa membiayai lagi, karena adik-adik saya juga masih sekolah semua,” tutur Tyas.
Ia pun bertekad untuk membiayai sendiri kuliahnya. Berbagai pekerjaan sampingan pernah ia tekuni demi mencari penghasilan tambahan, mulai dari bekerja di warung kopi hingga berjualan.
“Saya masih ingat dulu sering berjualan salak di depan sini,” ujarnya sembari menunjuk salah satu sudut di sisi selatan UGM.
Segala kerja keras yang ia lalui pun membuahkan hasil. Tahun 2011 ia berhasil membawa pulang gelar master di bidang pariwisata, gelar yang membuka jalan baginya untuk memulai profesi dosen di Universitas Andalas Padang. Pada tahun 2013, ia pun kembali lagi ke Jogja untuk studi S3 dengan beasiswa BPPDN Dikti.
ADVERTISEMENT
Bagi Tyas, perjalanan penjang yang ia lalui membuatnya tersadar bahwa tidak ada kata tidak mungkin bagi orang yang memiliki niat tulus dan kesungguhan untuk menimba ilmu. Bagi adik-adiknya yang masih duduk di bangku kuliah, juga orang lain yang membaca kisahnya, Tyas menitipkan pesan untuk terus berjuang mendapat pendidikan yang terbaik, karena ada berbagai jalan yang dapat ditempuh.
Usai melihat anaknya diwisuda untuk ketiga kalinya, tidak ada lagi hal yang Teguh harapkan dari putrinya ini. Namun bagi Tyas, keberhasilannya meraih gelar doktor justru menambah satu impiannya bagi orang tua tercinta.
“Saya ingin Bapak dan Ibu melihat saya dikukuhkan sebagai guru besar suatu hari kelak,” ucapnya mantap sambil merangkul sang ayah tercinta. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)
ADVERTISEMENT