Opini: Bang Toyib Tidak Pulang Karena Tiket Pesawat Domestik Mahal

BINTANG WIJAYA AS DARMA
Mahasiswa Universitas Pamulang dan Teller Bank BSI
Konten dari Pengguna
26 Maret 2024 11:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BINTANG WIJAYA AS DARMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
gambar berasal dari galeri penulis
zoom-in-whitePerbesar
gambar berasal dari galeri penulis
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lagu tentang Bang Toyib telah lama kudengar berdendang dimana-mana, terlebih jika mendekati hari raya Idul Fitri beberapa orang memutar lagu tersebut sebagai bentuk representatif perantau yang tidak mudik. Jika dilihat dari alasan dalam lirik lagu tesebut, Bang Toyib tidak pulang-pulang dikarenakan faktor ekonomi dan takut terhadap pandangan masyarakat di kampung halamannya jika pulang tidak membawa harta yang berlimpa. Sesuai fakta lapangan jika perantau yang jauh dan lama tidak pulang maka akan menjadi bahan omongan tetangga terlebih jika pulang dengan tangan kosong sehingga membentuk stigma di masyarakat jika perantau adalah orang kaya di kampung orang lain.
ADVERTISEMENT
Lantas saat ini jika melihat dari sosial media, banyak Bang Toyib yang lain mengeluhkan kesulitan mudik dikarenakan harga tiket domestik yang mahal. Beberapa bulan sebelum Ramadhan 2024, sudah terdengar jika Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia menyampaikan solusi jika tiket pesawat domestik harus segera terjangkau. Namun hingga pekan kedua Ramadhan, solusi tersebut belum nampak hilalnya. Harga tiket domestik masih melambung tinggi, jika seperti ini terus maka tunjangan hari raya yang diterima oleh Bang Toyib akan habis dalam satu kali perjalanan saja. Mungkin sebagian akan memberikan solusi dengan mengganti armada perjalanannya, namun apakah itu solusi yang tepat?
Jika Bang Toyib tinggal di Indonesia bagian Timur akan sangat memakan waktu untuk melakukan perjalanan agar tiba di kampung halaman. Bang Toyib akan kehabisan masa cuti Idul Fitri jika melakukan perjalanan melalui laut dan tentu saja melalui darat lebih tidak mungkin jika Bang Toyib mengadu nasib di Indonesia bagian Barat.
ADVERTISEMENT
Jerit tangis para perantau tidak hanya terdengar di awal puasa saja ketika perantau melaksanakan sahur sembari video call dengan keluarga di kampung halaman. Pada pekan kedua ini hati mereka telah was-was ketika melihat harga tiket pesawat domestik sekali terbang pada aplikasi travel melebihi gaji mereka sebulan. Ketika mendengar KEMENPAREKRAF akan memberikan solusi pada mudik 2024 sempat merasa tenang, berharap harga tiket pesawat domestik kembali seperti semula sebelum covid-19 menyerang Indonesia.
Beberapa alasan yang menyatakan jika tiket pesawat domestik mahal dikarekanan jumlah peswat terbatas. Ada juga opini lain yang mengatakan jika tiket pesawat domestik mahal dikarekanan bahan bakar dan pajak menjadi alasan yang sangat logis. Dikarenakan harga tiket domestik yang melambung tinggi dan tiket internasional jauh lebih murah, beberapa pengguna armada pesawat memilih untuk melakukan transit dari Indonesia ke Kuala Lumpur atau Singapura lalu terbang kembali ke dalam negeri sesuai kota tujuan. Strategi yang digunakan bisa dikatakan efektif karena dapat memangkas hingga setengah harga dari tiket perjalanan langsung. Namun strategi ini tidak dapat dilakukan oleh perantau dari Indonesia bagian Timur dikarekanan akan tetap mendapatkan harga mahal bahkan lebih. Jika dilihat dari kebutuhan penumpang maskapai peswat domestik, ini bukanlah strategi yang bagus dan solutif karena bisa memakan waktu yang lama dan juga membutuhkan dokumen lainnya seperti paspor yang belum tentu dimiliki oleh semua perantau. Beberapa juga beranggapan takut melakukan perjalanan ke luar negeri walaupun hanya bertujuan transit saja.
ADVERTISEMENT
Hal ini dapat berdampak ke sektor pariwisata Indonesia. Dikarenakan harga tiket domestik mahal, maka beberapa orang akan memilih untuk berlibur di luar negeri atau bahkan tidak berlibur sama sekali. Tentu saja pemasukan warga sekitar pariwisata akan merasakan kerugian yang lumayan. Selain itu kerugian terhadap pendapatan daerah pasti bisa berdampak.