Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Perempuan Tidak Harus di Dapur
5 November 2021 19:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari BINTANG WIJAYA AS DARMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Permasalahan sebagian perempuan saat ini masih terus berhadapan dengan impiannya yang dibatasi. Terutama dalam stigma masyarakat bahwasanya kodrat perempuan ketika dewasa nantinya hanya untuk melayani suami, mengurus rumah tangga, dan di dapur.
“Untuk apa sekolah tinggi-tinggi? toh nanti juga bakal ke dapur kok,” seperti ini kalimat yang sering kita dengar dari masyarakat kepada sebagian perempuan yang bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan. Saat ini kebanyakan perempuan tetap menikmati bangku pendidikan tetapi hanya sampai sebatas sekolah menengah atas, sebagiannya lagi tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Sebenarnya ada banyak faktor yang menyebabkan perempuan tidak melanjutkan pendidikannya, salah satunya tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan terutama keluarga dikarenakan alasan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi.
Zaman sudah modern tetapi stigma itu masih terus terdengar di masyarakat. Sebetulnya tidak sedikit yang sudah memberikan edukasi terkait stigma ini ke masyarakat baik secara langsung ataupun melalui media sosial dan media cetak, tentu saja tidak semua masyarakat bisa langsung menerima.
Sebagian juga perempuan tetap melanjutkan pendidikan dan berkarier, baik itu mendapat dukungan dari keluarga atau tidak memedulikan stigma masyarakat tersebut atas keinginannya sendiri.
Ada beberapa mitos mengenai wanita karier, salah satunya susah menemukan jodoh. Hal itu dikarenakan perempuan yang memilih kerja untuk lebih fokus dalam bekerja ketimbang memikirkan jodoh atau sebagian pria lebih memilih perempuan yang fokus untuk mengurus keluarga, padahal di zaman sekarang pria lebih tertarik dengan perempuan yang berpendidikan tinggi.
Saat ini sebagian masyarakat masih berpikiran bahwa yang semestinya berpendidikan tinggi dan bekerja hanya pria saja. Emansipasi terhadap gender sudah lama walaupun R. A Kartini telah memperjuangkan hak perempuan untuk disamaratakan dengan pria, sebagian masyarakat masih tetap beranggapan bahwa kodrat wanita di bawah pria dan tidak perlu berpendidikan atau bekerja.

Padahal jika perempuan bisa berkarier bagus pasti akan memberikan dampak positif terhadap dirinya maupun sekitarnya. Misalnya, wanita karier biasanya lebih memilih untuk memberikan pendidikan yang bermutu kepada anak-anaknya, wanita karier juga memiliki sifat yang lebih dewasa terutama dalam menyelesaikan masalah.
Sebetulnya untuk menjadi wanita karier pasti akan berhadapan dengan hambatan dan tantangan. Wanita karier tentunya harus siap secara mental dan fisik terlebih setelah menikah karena sejatinya wanita karier yang sudah menikah akan bekerja dua kali. Wanita karier yang sudah menikah harus menyeimbangkan diri dan waktu di rumah sebagai istri buat suami dan ibu buat anak.
Bagi saya, baik perempuan yang berkarier atau tidak berkarier pun, sebagai perempuan tetap harus memberikan tanggung jawab terhadap dirinya, masa depan, dan keluarga. Pria dan wanita hanya beda pada gender saja, untuk impian dan cita-cita baik perempuan atau pun pria tetap memiliki hak untuk mewujudkannya.
ADVERTISEMENT